Quantcast
Channel: zachflazz
Viewing all articles
Browse latest Browse all 400

PERMAINAN DENGAN RISIKO TINGGI

$
0
0


Assalamu'alaikum wr.wb.




Dahulu saya sangat menyukai olahraga mountainering, hiking, dan climbing (rock climbing dan wall climbing). Bahkan untuk yang disebut terakhir saya pernah punya prestasi bagus (ahh, nggak perlu saya ceritakan, lha wong cuma soal saya koq, nggak penting babar blas). 


Lalu saya pun bermaksud menurunkan hobi yang menurut saya baik itu ke anak-anak saya, Arien dan Agree. Dan saya pun bisa dibilang berhasil mencetak mereka untuk menyukai hobi saya itu. Saya kenalkan mereka dengan miniaturnya: flying fox dan sejenisnya. Mereka ternyata sangat menyukai dan menjadi bernyali untuk kegiatan ini. Apalagi Arien, hampir tidak pernah punya nalar panjang jika berurusan dengan ini. Sekali lirik OK sajalah, yang penting nyobain. Outbondholic, sebuah wahana di Ancol, menjadi tempat favorit anak-anak saya, karena dinilainya paling lengkap dan paling menantang. Asyik aja, indoktrinasi telah mencapai sasarannya. Saya bahkan menekankan kepada mereka, "Percayakan hidupmu pada Tuhan melalui tali". Saya tentu sangat puas dengan pencapaian ini. Menginginkan anak-anak saya berani dan tangguh, ini salah satu pelatihannya.


Hingga kemudian, pada medio Juni 2011, kita semua tercengang ketika media massa memberitakan seorang anak berusia 7 tahun bernama Rizka Putri Yulia meninggal karena terjatuh  saat bermain flying fox di Taman Wisata Matahari Cisarua - Bogor.  

Anak-anak saya pun terkesiap demi mendengar itu. Kekhawatiran tampak di wajah mereka.  
Saya tanyakan pada mereka,"Masih OK?"
"Nggak lagi-lagi ah", kata Arien.
Sejak saat itu, anak-anak saya memilih untuk hanya "menyaksikan saja sudah seneng", dan tidak pernah lagi berkecimpung dengan hobi ini. 


Lalu pada Juli 2012, kita mendengar lagi seorang pegawai Kantor Imigrasi Singaraja - Bali, meninggal dunia saat ber-flying fox di lapangan Sekolah Polisi Negara Singaraja. 

Juga seorang guide di kompleks wisata Candi Borobudur kita dengar meninggal dunia saat mencoba fasilitas flying fox di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur yang talinya terputus. 

Berikutnya seorang karyawan Kebun Binatang Gembiraloka - Yogyakarta, mengalami kejadian yang sama. 

Korban berjatuhan karena sebuah permainan bernama flying fox.
Akumulasi kejadian di atas benar-benar membuat anak-anak saya tidak lagi bergeming saat saya iseng mengajak mereka menjajal tempat-tempat baru yang menyediakan jasa permainan ini.

Ya sudah, itu pilihan mereka, dan saya hanya bisa mendukung apa saja yang menjadi ketetapan hati anak-anak saya. Alur pikir mereka menanggapi fakta-fakta di atas, saya terima sebagai alasan saya untuk mendukung posisi mereka, meski saya kecewa. Indoktrinasi saya terpenggal di tengah jalan. Saya hanya merutuk dalam hati, kenapa penyelenggara permainan sampai teledor sedemikian itu, hingga menyebabkan anak-anak saya mengalami trauma.


Melalui tulisan ini saya tidak bermaksud mempengaruhi pikiran rekan-rekan semua yang  putera-puterinya, keponakan, saudara, atau yang bersangkutan sendiri, memiliki hobi outbond playing seperti ini. 


Saya sebenarnya ada di posisi: sangat senang melihat anak-anak yang berani bermain dengan tali di atas. Hanya saja, akan menjadi lebih baik, jika sesaat sebelum memulai mengikuti permainan ini, perhatikan infrastruktur dan peralatan yang ada, juga organizer-nya. Jika hanya dikelola oleh anak-anak muda yang tidak terampil memainkan simpul tali, carabiner, roping, dan belaying (olah tambat tali), atau jika rekan-rekan ragu saat menyaksikan tali atau sarana yang tidak meyakinkan, sepertinya bersikap seperti anak saya, untuk tidak sekali-kali mencobanya, adalah pilihan terbaik. 




Wassalamu'alaikum wr.wb.





--------------------------------
Selamat menikmati sisa liburan. Yakinlah, banyak sekali permainan yang tidak membahayakan di luar sana. Ada alternatif permainan yang direkomendasikan rekan-rekan?





arien dan agree 




----------------------------------------


Saking sukanya pada flying fox, Arien mengikutsertakan ceritanya di 
bawah ini di lomba membuat cerita anak-anak 3 tahun lalu. Juara III.



KARENA BERDOA

Minggu pagi, Syifa, Doni, dan Sarah pergi ke Jungle, Bogor.
Mereka akan berenang setelah belajar kelompok.
Saat mereka asyik berenang, Doni melihat ke atas, dan terlihat seorang anak sedang meluncur di atas tali.
“Itu flying fox”, teriak Syifa.
Mereka berpandangan. Tanpa disadari, ketiganya berteriak bersama-sama, “Aku mau naik itu!”
Mereka berlarian menuju arena flying fox.
Doni akan mencoba pertama kali. Tiba-tiba jantungnya berdebar keras, dag dig dug.
Mukanya berubah pucat.
Syifa dan Sarah sama pucatnya. Hampir-hampir mereka menyesal masuk arena flying fox.
Tidak seperti yang dibayangkan.
Melihat anak-anak yang ragu-ragu, kakak pendamping yang bernama Kak Saleh mendatangi mereka.
“Ayo adik-adik, cobalah. Kakak yakin, kalian berani, jangan khawatir, ini aman sekali. Yang penting sebelum naik, adik-adik harus berdoa”.   
Langsung ketiga anak itu merasa aman ditenangkan oleh Kak Saleh. Mereka berdoa bersama.
Tak terasa, Doni, Syifa, dan Sarah bergantian meluncur dengan flyng fox.
Alhamdulillah, mereka berhasil meluncur dengan aman.
 Mereka berterima kasih kepada Kak Saleh.
Mereka bertiga bergandengan dengan tertawa.
Hari ini mereka merasa tambah percaya diri.
Karena doa mereka.







Viewing all articles
Browse latest Browse all 400

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>