Assalamu'alaikum wr.wb.
Seorang anak tentu ingin berbakti kepada orang tuanya. Dan bagi si anak yang telah cukup umur untuk menikah, maka keinginan yang lazim adalah menunda pernikahan demi membahagiakan orang tuanya. Biasanya dilema pun kemudian datang.
Saya mengalaminya. Setelah sekitar tiga setengah tahun saya kuliah, saya lulus pada 1997. Pun saya langsung bekerja sebagai pengajar di Primagama Cilacap sembari aktif di sebuah LSM.
Tekad saya saat itu adalah membahagiakan ibu dan adik saya, terlebih bapak sudah meninggal pada 1995. Sebagai anak tertua, saya harus bertanggung jawab untuk kelangsungan keluarga. Intinya, saya ingin totalitas membantu ibu dan adik, terutama sebelum saya menikah.
Lalu, kapan saya menikah? Itu juga persoalan rumit. Pekerjaan yang belum mapan, sedangkan saya selalu mentok saat menjalani tes kerja di manapun. Sementara calon isteri saya seusia dengan saya. Saya seperti berkejaran dengan usia. Dan atas nama panggilan nurani, saya pun menetapkan tahun 2001 sebagai batas ujung saya harus menikah.
![]() |
"21-3-2001 KITA KAWIN" (Di Puncak Gunung Sumbing, medio akhir 1998) |
Namun kemudian sebuah saran datang dari ibu saya. Sesaat setelah saya diterima bekerja di Jakarta, beliau menyarankan agar saya segera menikah. Maka dengan segenap restu ibu saya pun menikah. Tahun 1999. Lebih cepat dua tahun dari skenario awal.
Lalu, setelah menikah, apakah komitmen untuk membantu orang tua menjadi terbengkelai?
Saya tegas menjawabnya di sini: sama sekali tidak.
Bahkan semakin eksis. Bahkan semakin banyak nominal yang bisa untuk berbagi. Bahkan rezeki pun terasa semakin banyak. Bahkan selain bisa membantu ibu, saya juga mampu membiayai kuliah adik saya. Bahkan Allah memberikan bonus baru: bisnis bagus. Alhamdulillaah.
Jika soal kiat perlu disampaikan di sini, dengan kerendahan hati saya sampaikan kiatnya:
ikhlas dan isteri yang mendukung.
Jadi, untuk para pemuda yang ingin membantu orang tua dan berencana menikah, maka menikahlah. Allah tidak tidur saat mendampingi hamba-Nya yang ikhlas. Percayalah. Wallahu a’lam.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
(posting ini didedikasikan untuk seorang pemuda yang rajin mengirim email kepada saya. katanya berkonsultasi. sebenarnyalah bukan konsultasi, karena diam-diam sayalah yang mendapat banyak masukan darinya. terima kasih, akhi).