![]() |
CD Michael Jackson dan Arien |
Assalamu'alaikum wr.wb
Fenomena mengidolai seorang bintang biasa melekat pada diri setiap orang. Tidak terkecuali anak saya, Arien. Kekagumannya kepada Michael Jackson bahkan diikuti keyakinan bahwa sang maestro sampai saat ini belum meninggal (silakan juga buka ini).
Saya pasti solider ikhwal mengidolai seseorang itu. Itu hanya fenomena yang biasa. Apalagi jika mau bercermin, saya bahkan pernah mengidolai orang yang seumur hidupnya hanya bermain gitar saja. Tragis bukan.
Masalahnya mengidolai seorang bintang, seringkali membawa mudharat manakala kekagumannya kepada sang bintang diikuti pula kekaguman terhadap perilaku sang bintang. Mengidolai tidak hanya kepada keahliannya, tapi juga, misalnya affair-nya. Na'udzubillaah.
Itulah kenapa saya selalu mewanti-wanti anak saya, untuk selalu paham bahwa sang bintang pun hanya manusia biasa yang juga sarat kelemahan. Dan mengagumi seseorang sebaiknya hanya pada sinar sang bintang, bukan efek radiasinya.
Sampai telaten melukisnya begini |
Maka untuk mengantisipasi risiko yang mungkin ada, saya berusaha menyodorkan pembanding. Saya sering memberikan doktrin kepada anak saya tentang profil orang-orang baik. Nabi dan rasul, juga para pahlawan nasional, atau bahkan tokoh masyarakat yang kharismatik di sini. Memang harus diakui, saat membicarakan seorang figur teladan seperti nabi/rasul dan para pahlawan, seperti bercerita tentang langit yang susah terjangkau. Dan saya sangat merasakan betapa susahnya memaksa anak-anak untuk mengidolai tokoh yang benar. Seperti terjebak dalam dongeng istana sentrisnya Pak HC Anderssen.
Saya hanya berikhtiar, untuk selalu memberi pesan dalam setiap misi pendidikan kepada anak-anak, termasuk menajamkan penglihatan mata batin mereka tentang keberadaan idola. Bukankah kita sebagai orang tua memang berkomitmen bahwa pendidikan anak adalah seni. Maka kita pun mesti menampilkan cara-cara yang cantik, agar dia berbeda dengan saya.
Pak Dirman dan Pak Jacko, siapa menang? |