Assalamuálaikum wr.wb.
Menjelang liburan sekolah anak-anak, yang paling eksotik untuk dilakukan adalah merancang cuti. Lalu menindaklanjutinya dengan bertamasya ke tempat yang dingin di pegunungan atau ke tempat yang panas di pantai. Mengunjungi orang tua, mertua, dan saudara di kampung halaman, pun sama menariknya.
Tapi tidak untuk saat ini. Dengan jatah cuti yang pas-pasan, saya harus menetapkan prioritas dalam mengambil cuti. Saya memutuskan untuk tidak mengambil cuti pada liburan kali ini.
Ini karena empat bulan lagi, Arien menjalani Ujian Nasional. Saat itulah waktu yang tepat bagi saya untuk mengambil cuti. Saya ingin mendampingi anak saya itu belajar, ikut terlibat mengatur menu makannya, memasak telor setengah matang kesukaannya, mengontrol pensil 2B dan segenap peralatan sekolahnya, lalu mengantar dan menungguinya di sekolah hingga kelar.
Itu pernah saya lakukan saat Arien menjalani Ujian Nasional saat dia duduk di bangku Sekolah Dasar tiga tahun lalu. Itu saya posting di tulisan HARI PERTAMA UN dan HARI KETIGA UN. Meski saat ini anak saya itu sudah beranjak besar dan jauh lebih mandiri, saya tetap akan mengawalnya, sesuai keperluannya.
Foto Agree dan Arien tiga tahun lalu
yang satu menjalani UN, satunya lagi menunggui di luar
yang satu menjalani UN, satunya lagi menunggui di luar
Wassalamuálaikum wr.wb.
(tulisan ini terinspirasi seorang teman yang baru saja mengabarkan hendak mengambil cuti, jatah cutinya sisa 5 hari tapi tercatat di data administrasi sisa 10 hari, beruntung banget kan?)