 |
Ini tentang anak pertama saya, Arien. Sebagaimana beberapa kali saya ceritakan di depan, anak saya ini punya beberapa pengalaman dalam berlomba. Dari tingkat sekolah, kota, nasional, hingga internasional. Jam terbangnya yang cukup banyak membuat sikap mentalnya tumbuh dengan baik.
Mental bertandingnya pun sudah “jadi”. Dia yang memang pendiam dan introvert, tapi jika sedang bertanding, dia bisa menempatkan dirinya dengan sangat baik. Beberapa waktu yang lalu bahkan agak ekstrem keadaannya. Gurunya menelpon Arien hampir jam sembilan malam, meminta dia mengikuti lomba pemilihan Duta Lingkungan esok harinya. Nah. Gilanya, si Arien menyanggupinya. Tahu apa yang dilakukannya malam itu? Langsung tidur! Katanya itulah persiapan paling realistis yang bisa dilakukannya. Benar juga. Dan siapa sangka lomba itu mengantarnya ke babak final dan meraih juara tiga se-Kota Bogor. Hasil yang prestisius untuk sebuah lomba dengan persiapan minimal, bahkan tanpa persiapan.
Dari sini, saya mengambil kesimpulan, bahwa segala sesuatu menjadi seperti yang kita harapkan, jika diimbangi dengan pembiasaan, meski tanpa persiapan. Mental yang sudah "jadi" akan fleksibel menghadapi situasi apapun. Ini tentu komparatif dengan keadaan yang lain. Timnas U-19 pun pasti akan memiliki mental bertanding yang semakin baik dengan semakin banyaknya latih tanding yang dilakukan. Seorang ulama akan semakin lancar ber-tabligh serta digemari umat jika dia sering membawakan ceramah agama. Semakin tinggi jam terbang, semakin siap mentalnya untuk menghadapi permasalahan apapun. Dan sebagainya.
Dan untuk saya yang saat ini sedang berada di zona baru di sebuah pekerjaan baru, saya pun kelak mungkin akan memiliki mental yang baik seandainya saya berdisiplin untuk selalu tune in atas semua permasalahan pekerjaan saya.
Wassalamu'alaikum wr.wb