![]() |
ini wajah kantor tempat saya bekerja, setting pada masa penjajahan (sumber: arsip nasional) |
KANTOR
di ruangan ini
saya seperti punya nyawa
tapi entah nyawa siapa
atau barangkali saya kerasukan
atau saya yang merasuki mereka
mungkin jiwa saya masih ada
tapi entah diperuntukkan buat siapa
saya hanya lalu lalang mencari entah
berkutat dengan segenap retorika yang sulit diartikan
apa yang saya lakukan
seperti bukan peran saya
serasa di panggung saja
mainkan segenap kemampuan, jika bisa
dan berharap tepuk tangan, jika ada
melingkar pelukan pada pinggang sendiri
membakar nafsu sendiri
lalu melaknat bayangan sendiri
setelah itu kembali berpentas
lalu berhenti setelah bubaran sore ini
untuk kemudian berpentas lagi esok hari
lalu menunggu tepuk tangan lagi atau menanti bayaran
saya tidak pernah tuntas mendefinisikannya
saya sesekali ingin duduk di luar kantor
dan berulah sebagai penonton
mungkin akan tepat untuk menghakimi
siapa saya di dalam sini