Assalamu'alaikum wr.wb.
Di masa yang lalu
Serwiti kecil belajar terbang sambil mengepakan sayapnya yang kecil. Meloncat dari pohon ke pohon lalu melesat ke angkasa dengan tatapan mata ke depan. Cara terbangnya yang meliuk lugas dan waktu pulang ke sarangnya yang teratur mewarnai dinamika kesehariannya. Memberi kesan kehidupannya yang tertib dan sarat dengan ajaran.
Serwiti adalah seekor burung walet jantan yang dibesarkan oleh kebudayaan sederhana namun kuat pijakan hidupnya. Didikan tegas dan disiplin yang diterapkan induknya membuat Serwiti kecil tumbuh menjadi generasi tangguh yang tidak mengecewakan.
Pendidikan yang diterapkan induknya membuat kebudayaan Serwiti kecil
yang awalnya ibarat selasah# kosong menjadi seperti selasah yang
berisi madu manis bunga kelengkeng yang menyegarkan
yang awalnya ibarat selasah# kosong menjadi seperti selasah yang
berisi madu manis bunga kelengkeng yang menyegarkan
Beberapa tahun kemudian, masih di masa yang lalu
Serwiti yang beranjak dewasa mulai terampil terbang cepat dan jauh. Ini memungkinkannya bertemu dengan banyak kawan. Pergaulan yang luas membuatnya menemukan dunia yang penuh warna. Masa itu ditandai dengan banyaknya interaksi dengan burung-burung liar yang seperti tidak berinduk. Karena labilnya filter budaya yang dimilikinya, Serwiti terhanyut, lalu membiarkannya terbawa angin kebebasan yang menurutnya ideal. Serwiti lalu “bermetamorfosis sempurna” menjadi seekor burung yang berbeda dari sebelumnya.
Serwiti dengan bangganya mengenakan gelang di kaki dan bandana di kepalanya. Bulunya pun bercat warna-warni. Saat mengibaskan ekornya yang bergaya punk rock adalah saat membanggakan baginya. Pergaulannya tidak lagi terawasi oleh induknya. Hidup yang liar dan tak beraturan menjadi sesuatu yang sangat indah baginya. Split personality yang seharusnya hanya sebuah proses yang wajar, dalam diri Serwiti berlangsung kebablasan. Pergaulan dengan burung-burung liar yang sangar dan nakal menodai kebudayaannya. Ini pelan-pelan mengikis budaya disiplin dan taat yang ditanamkan sang induk kepadanya. Semakin lama bergaul dengan burung-burung liar, semakin terbentuklah Serwiti menjadi seekor burung yang limbung, tanpa identitas, dan mengecewakan.
Terlalu banyak guyuran air budaya asing ke selasah Serwiti membuat kebudayaan
madu manis bunga kelengkeng yang menyegarkan berubah menjadi
beraroma air sawah berpestisida yang getir mematikan
Serwiti dan komunitas jahiliyah |
Seiring dengan perputaran masa, secara pergaulan Serwiti sudah meninggalkan burung-burung liar temannya itu. Rasa bosan dan muak telah dia rasakan hingga di ubun-ubunnya. Namun buah pergaulan dengan para burung liar terlanjur ada bersamanya.
Serwiti gundah. Dia pun merindukan kembalinya budaya masa lalu yang indah seperti saat dia kecil. Keinginannya untuk kembali ke jalan yang pernah diajarkan induknya membuat Serwiti berusaha keras mencari budaya yang hilang.
Momentum untuk menemukan budayanya itu bertepatan dengan hadirnya seekor walet betina yang elok. Walet bernama Chiti, yang kemudian menjadi pasangan hidupnya, pelan-pelan menunjukkannya kembali ajaran tentang jalan mulia di masa lalu. Tentang ajaran agung induknya.
Momentum untuk menemukan budayanya itu bertepatan dengan hadirnya seekor walet betina yang elok. Walet bernama Chiti, yang kemudian menjadi pasangan hidupnya, pelan-pelan menunjukkannya kembali ajaran tentang jalan mulia di masa lalu. Tentang ajaran agung induknya.
Seiring dengan semakin lamanya bergaul dengan Chiti, menjadikan nilai-nilai budaya yang dibawa pasangannya itu merasuk pula dalam dirinya. Budaya yang paling kental dibawanya itu adalah budaya berkata jujur.
Awalnya ini tentu berat sekali bagi Serwiti yang terbiasa dengan dunia kebohongan bersama para burung liar. Tapi pelan-pelan dia memulai menerima akulturasi ini. Bahkan belakangan Serwiti mensyukurinya. Budaya ini yang kemudian menjadi alat pemaksa untuk memulai hidup yang serba indah dengan membuat budaya-budaya indah lainnya masuk secara leluasa. Lihat saja cara terbang Serwiti yang mulai santun meski sedikit tertatih dan kerap jatuh pada permulaannya.
Sedemikian kebudayaan pasangannya yang mengalir sejuk di selasah Serwiti,
air sawah berpestisida yang getir mematikan di selasah pun
tertumpah berganti air buah semangka yang sejuk.
Pelajaran bagi Serwiti
Serwiti sadar bahwa indoktrinasi budaya tidak berjalan serta merta. Mengaliri selasah budaya tetaplah diperlukan suatu metode dan seni yang perlu dipelajari.
Baginya, metode yang dibawa Chiti adalah sebuah kunci pembuka. Kunci pembuka untuk sebuah perubahan besar. Adalah sesuatu yang berat untuk mengubahnya dari budaya air sawah berpestisida menjadi budaya air buah semangka yang sejuk. Tapi Chiti mampu melakukannya. Ini karena pasangan Serwiti ini melakukan metode yang “curang”. Dia menyeruak masuk ke lingkungan budaya Serwiti terlebih dulu, untuk kemudian “mengobrak-abrik” dengan mengalirkan budaya baru padanya. Sebagai contoh yang sederhana, Chiti mau saja untuk mengikuti cara berpakaian Serwiti. Dia mengikuti tradisi Serwiti. Untuk busana nonton konser Anthrax pun, Chiti mengikuti Serwiti. Hati yang lega karena merasa dibahagiakan, membuat Serwiti mempersilakan apa saja yang diinginkan pasangannya itu, termasuk menerima doktrin-doktrinnya tanpa syarat.
Politisasi yang mudah ditebak, "curang", tapi menenteramkan |
Pada kasus lain dalam sejarah manusia juga, ini pernah dibuktikan oleh DR. Snouck Hurgronje yang akhirnya mampu mengakuisisi sebagian tanah di Indonesia saat jaman penjajahan dahulu, dengan akulturasi budayanya. Juga seorang Sunan Kalijaga yang melakukan syiar di tanah Jawa dengan metode mengakulturasi kebudayaan setempat dengan nilai-nilai yang dibawanya.
DR.Snouck Hurgronje |
Serwiti dan Chiti telah dikaruniai dua buah hati yang lincah. Kedua buah hatinya itu tengah rajin belajar terbang sekarang. Bagi Serwiti, pengalaman masa lalunya telah menuntunnya untuk membentuk format pendidikan yang tepat bagi anak-anaknya. Mendidik dua buah hatinya, sama caranya dengan analogi hidupnya. Anak-anak mereka ibarat selasah kosong yang akan diisi air apapun sesuai kehendak Serwiti dan pasangannya itu. Formula yang diterapkan sesekali teh hangat rasa madu, lalu menggantinya menjadi air jeruk manis segar, untuk kemudian menggantinya dengan sari buah coklat yang manis mempesonakan. Seni seperti ini yang menjiwai pendidikan terhadap anak-anaknya.
Serwiti dan Chiti pun bertekad akan selalu mengawal anak-anaknya terbang, agar tidak tersesat. Lalu menciptakan lingkungan terbang bersama burung-burung baik lainnya, dan mengawasinya secara benar tanpa bermaksud mendiktenya. Akulturasi yang memikat hati pun akan menjiwai pula pendidikan terhadap anak-anaknya.
Keluarga Berencana. Rencana yang sebenarnya: melukis wajah langit |
Serwiti
burung yang liar tapi baik hati
sebagai bukti
dapat pasangan secantik bidadari
mau memasuki ruang tak megerti
tanpa syarat mau mengajari
yang serwiti lupa diri
dari dulu indah ke liar dan keindah kembali
yang pernah induk warisi ..
(Sajak dari Mbak Anisayu)
Wassalamu'alaikum wr.wb.