Quantcast
Channel: zachflazz
Viewing all 400 articles
Browse latest View live

TIDAK PERCAYA BAKAT (II)

$
0
0

Pertama kali Agree melukis - Maret 2011


Assalamu'alaikum wr.wb


Selama ini, anak kami Agreeardi (Agree) dapat dikatakan tidak menguasai dan tidak menyukai kegiatan yang bernama menggambar, mewarnai gambar, dan sejenisnya. Kegiatan itu amat sangat dihindarinya, meski dia selalu ikut mendampingi kakaknya mengikuti lomba-lomba di bidang itu kapanpun dan di manapun. Kalaupun terpaksa, di sekolahnya Agree memaksakan diri untuk selalu memakai pensil warna daripada krayon dalam menggambar. Menurut informasi dari gurunya, Agree sudah tidak dapat lagi diperintah untuk menggambar atau mewarnai menggunakan krayon. Katanya kotor dan bikin repot. Pokoknya buat Agree... pensil warna, titik. Tidak heran, nilai menggambarnya selalu, paling bagus: cukup!


Hingga pada hari Kamis, 3 Maret 2011, gurunya, Ibu Mila tiba-tiba datang ke rumah, dan meminta Agree mengikuti Lomba Mewarnai antar TK/TPA. Sangat mengherankan buat kami orang tuanya yang tahu persis anak ini hanya berminat di satu bidang, sepakbola. Terlebih selama ini, sekolahnya selalu diwakili temannya, Icha, dalam event-event sejenis. Icha telah beberapa kali memenangkan Lomba Mewarnai antar TK. Untuk lomba kali ini pun Icha telah lebih dahulu ditunjuk, dan menurut gurunya masih diperlukan seorang peserta lagi sebagai pendamping Icha.


Alasan gurunya menunjuk Agree sampai sekarang tidak pernah jelas. Kami menduga mungkin karena lokasi rumah Agree yang dekat dari lokasi sekolah serta tempat tinggal sang guru, dan kami orang tuanya mungkin selama ini dianggap kooperatif dalam setiap program di sekolah Agree.

Karena guru yang datang tersebut adalah guru yang disukainya (Bu Mila adalah guru yang mendapat prioritas oleh-oleh dari Agree saat Agree bepergian), maka Agree menjawab “ya” untuk tantangan itu. Dan untuk kami, jangan ditanya, pasti sangat mendukung, bahkan untuk kegiatan yang sebenarnya sangat asing dan aneh buat Agree. Bagi kami, ambil setiap kesempatan yang datang, atau kesempatan tak akan pernah datang kembali.



Dalam persiapan yang hanya tiga hari itu, Agree secara sadar meminta kepada kakak dan ibunya untuk secara intensif mengajarinya. Demikianlah dia menjadi sangat sibuk dengan alat lukis kakaknya. Kelihatan sekali keinginan besarnya untuk memulai sesuatu yang teramat sulit baginya. Terlihat sangat bersusah payah memang. Kasihan melihatnya tiga hari itu. Meski demikian, tiga buah gambar berwarna berhasil dibuatnya. Lumayan. Dengan krayon tentu saja. 


Dan puncaknya pada hari Minggu tanggal 6 Maret 2011, saatnya untuk lomba yang ditunggu-tunggu itu. Dia memulai dan menjalaninya dengan baik, meski dengan pendekatan yang agak khas. Berbeda dengan kakaknya yang selalu serius saat berhadapan dengan kertas atau kanvas, sang adik ini tampil dengan segenap karakternya, cengengesan. (Apapun Gree, yang penting mainkan!) 


Dan kami seperti mendapat durian medan yang runtuh saat mendengar hasilnya Minggu siang itu: Agree berhasil menjadi Juara I. Dan saat melihat langkahnya yang percaya diri kala menaiki panggung, lalu merengkuh piala itu, hampir serasa tidak percaya. Tak hanya Icha yang dikalahkannya, peserta yang jumlahnya ratusan itu pun dibuat tidak berdaya olehnya. Sangat mengejutkan, tapi itulah yang terjadi. Walaupun dalam pengamatan kami memang lomba berjalan sangat fair, dan hasil goresan krayon Agree adalah yang terbaik secara kasat mata. Alhamdulillah.


Hari Minggu ini berlalu dengan sangat membahagiakan. 


Kami menanyakan kepada Agree, apakah sekarang dia menyukai kegiatan barunya ini. Dia menjawab sangat suka dan siap untuk lomba mewarnai di mana saja. Jawaban yang sangat memuaskan kami tentu saja. Entah di depan nanti apapun hasil perjalanan prestasinya, saat ini adalah momentum yang sangat berharga. 


Kemudian kami tanyakan pula kenapa dia bisa melakukan itu semua sekarang, dia hanya polos menjawab, “Kan Agree rajin shalat, Allah pasti ngasih buat orang yang taat”. Jawaban dari mulut mungil itu tak hanya terasa menyentak di dada kami. Terlalu dalam kami rasakan, dan sangat-sangat terbaik dari sekian juta pesan filosofis yang pernah kami dengar selama ini. Dari mulut seseorang yang belum lama rasanya menjadi bayi kami.


Kami makin menunduk untuk ungkapannya, juga untuk kuasa-Nya. Ungkapannya yang tidak mengada-ada, serta kuasa-Nya yang terbukti mampu untuk mengubah apapun dalam hitungan seketika. 


Dan sekali lagi, Tuhan telah memberi kami mutiara surga yang indah. Kami hanya menunduk, lalu semakin menunduk. Tak bisa berucap selain menengadah. Ya Allah, kami bersyukur. Lindungilah mutiara-mutiara surga yang telah kami miliki ini, Ya Aziiz…


Wassalamu'alaikum wr.wb





TIDAK PERCAYA BAKAT (III)

$
0
0

Assalamu'alaikum wr.wb.

Di blog ini saya kerap menceritakan tentang anak saya Arien, yang alhamdulillaah relatif bisa melukis dan sedikit bisa bermain keyboard. Melukis dan main keyboard itu yang mulai dia kuasai itu bukan karena bakat melainkan karena dikondisikan. Dikondisikan oleh kami, orang tuanya. Saya saat itu banyak memaksa Arien untuk menguasai berbagai disiplin ketrampilan, hingga pada gilirannya menyebabkan sesuatu yang menyesalkan (vide postingan ini).

Arien kecil pun sudah saya paksa
masuk klub badminton
Kendati telah mengalami pengalaman seperti itu, namun misi pembentukan generasi tetaplah berjalan, meski dengan pendekatan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Kami sebagai orang tuanya hanya memberikan stimulasi saja agar dia menyukai dan mempelajari bidang-bidang ketrampilan tertentu dengan berharap agar kemudian dia menyukainya. Tanpa menguras tenaga, dan tentu melakukannya dengan riang, bukan tertekan. Jika dia kemudian tidak menyukainya, atau bahkan menolaknya, kami pun tidak mempermasalahkannya. Terserah anak saya saja.


Masuk klub atletik dan jadi andalan
sekolahnya saat Porseni pun dilakoni

Pun yang saya saksikan beberapa bulan terakhir ini. Saya menyaksikan anak perempuan saya itu mulai bisa bermain gitar. Saya tidak pernah memaksakan Arien untuk bermain gitar, namun sekedar mengenalkan saja, menceritakan beberapa pengalaman bergitar, dan memainkannya di depan dia. Arien cenderung cuek pada awalnya, tapi lama-lama dia menyukai alat musik itu. Dan sekarang Arien  mulai menguasainya dengan baik. 


Arien saat latihan gitar di sebuah
studio musik (candid)

Alhamdulillaah program saya berhasil. Tanpa memaksakan, tanpa memberi banyak tekanan, dan meyakinkan diri bahwa penguasaan atas segala sesuatu bukan dari bakat, tapi dengan proses indoktrinasi yang rapi.


Formasi ini pun mulai bisa dimainkan



Wassalamu'alaikum wr.wb.


TIDAK PERCAYA BAKAT (IV)

$
0
0




   

Assalamu'alaikum wr.wb.

Minggu, tanggal 26 Desember 2004, badai tsunami menerjang Aceh dan sekitarnya. Martunis, yang baru duduk di kelas 3 sekolah dasar, bersama ibunya, kakak laki-laki, dan adik perempuannya, menyelamatkan diri dengan menumpang mobil pick up milik tetangganya.

Namun apa daya, mobil itu pun terkejar gelombang dan digulung gelombang tsunami. Martunis, ibu, dan kedua saudaranya hanyut dan tenggelam bersama mobil pick up itu. Martunis sempat menarik lengan adiknya yang berteriak minta tolong, namun pasti upayanya kalah oleh arus tsunami yang dahsyat. Lalu ibu, kakak, dan adiknya pun hilang terseret arus, dan saling berpisah untuk selamanya.

Martunis yang berhasil meraih sepotong kayu, terapung-apung terbawa air. Kemudian dia berpindah ke sebuah kasur yang melintas di dekatnya, tapi naas, kasur itu pun tenggelam. Namun dia sempat memanjat sebatang pohon yang dilewati kasur. Saat air mulai surut dia menyusuri arus balik yang kembali ke laut, hingga akhirnya terdampar di kawasan rawa dekat makam Tengku Syiah Kuala.

Martunis ditemukan warga pada 15 Januari 2005, atau sembilan belas hari setelah badai tsunami memporak-porandakan Aceh. Lalu warga pun menyerahkan anak itu ke awak sebuah stasiun televisi Inggris yang kebetulan tengah meliput berita tsunami Aceh. Dalam sekejap, gambar Martunis beredar di televisi Eropa. Ya, Martunis tampil di televisi Eropa, dengan pakaian jersey Portugal yang sudah 19 hari dipakainya. 

Tayangan itu pun disaksikan sebagian pemain timnas Portugal. Bocah itu pun menarik simpati bintang top sepakbola Portugal seperti Luis Figo, Nuno Gomes, Cristiano Ronaldo, bahkan pelatih Luiz Felipe Scolari, serta Gilberto Madail, pimpinan federasi sepakbola Portugal. Martunis pun diundang ke Portugal. Pada bulan Juni 2005, dengan didampingi ayahnya, SarbiniMartunis mengunjungi Portugal dan mendapatkan hadiah uang 40 ribu Euro atau lebih dari 500 juta rupiah.

Selain diundang ke Portugal, tahun 2006, penyanyi Madonna juga mengundang Martunis dan ayahnya ke London, dan mengajak keduanya berkeliling tempat rekreasi terkenal serta kota-kota di Inggris.


Saat ini, Martunis telah tumbuh sebagai seorang pemuda. Pengalaman dramatis yang luar biasa pada masa kecilnya itu - khususnya setelah bertemu dengan para pemain timnas Portugal - telah menumbuhkan motivasi besar buatnya untuk menjadi seorang pemain sepakbola. Dan saat ini, dia sudah menjadi pemain di klub Harimau Nangroe asal daerah Lamreung. 

Beberapa pihak yang telah menyaksikan permainan Martunis, saat ini tengah mengupayakan nasibnya untuk dapat masuk di klub PSAP Sigli yang merupakan kontestan Liga Divisi Utama PSSI.

Fakta di atas semakin menegaskan, bahwa faktor penting untuk mendukung penguasaan seseorang adalah faktor di luar bakat. Dalam kasus Martuni ini adalah motivasi. Motivasilah yang menjadikan Martunis menjadi pemain sepakbola sekarang ini.

-------------------
Dalam hati saya berdoa, semoga kelak Martunis akan mendapat kesempatan yang lebih baik, dan dapat berkiprah dalam tim sepakbola terkemuka, dan jika mungkin akan menjadi pemain di timnas Indonesia. Semoga. Aamiin. 


Wassalamu'alaikum wr.wb.


(nyontek dari Wikipedia)


DAMAI HATI SI GARENG

$
0
0

Assalamu'alaikim wr.wb.


Gareng berdiam di padepokannya di Cakra Wangsan. Berhandai-handai di harinya yang lengang. Tugasnya sebagai punakawan berhenti sejenak saat Sabtu dan Minggu seperti ini. 

Semalam dia mendengarkan curhat Raden Setyaki yang seorang prajurit kerajaan. Raden Setyaki mengeluhkan kebijakan kerajaan. Tentang sang Raja, Raden Yudistira yang mengeluarkan titah pengetatan anggaran. Aturannya adalah, siapapun yang merasa sebagai kawula di seantero kerajaan tidak diperbolehkan menghamburkan-hamburkan uang, dan fasilitas yang berkaitan dengan uang dibatasi seketat mungkin.

Banyak juga sms diterima Gareng dari teman-temannya, baik dari sesama punakawan maupun dari para ksatria, yang topiknya tidak jauh dari keluhan Raden Setyaki, soal pengencangan ikat pinggang di seluruh kerajaan. Bahkan banyak yang merasa langit serasa sudah runtuh dengan dikeluarkannya titah itu.

Kenapa kalian risau, para kadang?”, Gareng memberi komentarnya, “Kan itu titah yang bagus to? Ngirit. Biar negara tetap punya persediaan uang. Jadi tetap makmur”.
Mereka menimpali, “Ahh kau ini Reng, kebijakan ini jelas merugikan kita. Kita biasa dapet upah banyak dari macam-macam pekerjaan, sekarang dibatasi cuma tiga pekerjaan yang diupahi. Yang lain kerja bakti. Ndlosor…Rajanya rese nih”.

(Gareng bergumam dalam hati) Gimana to wayang-wayang ini. Lha bukannya mereka sudah digaji sama negara? Lagian gajiannya juga lebih banyak daripada pegawai di kerajaan lain lho ya? Ini lho kebiasaan manja namanya. Kalo ada perubahan kebijakan yang seperti ini, baru bingung pating penthalit.
Oalahh, manusia. Kodratnya ya memang tetap manusia. Sakbanyak-banyaknya yo kurang, saksedikit-sedikitnya yo cukup.

Sebenarnya bijak sekali kebijakan kerajaan ini. Anggaran kerajaan mau diirit. Tidak seperti dulu lagi yang diumbar sakgeleme dhewe. Selama ini kerajaan memang memberikan insentif yang berlebih untuk suatu pekerjaan yang sebenarnya sudah termasuk paket pekerjaan yang digaji. Pegawai kerajaan dimanjakan dengan penghasilan di luar gaji yang ngiming-ngimingi
Fasilitas itu, sekarang dihentikan tiba-tiba. Oleh Sinuhun Yudistira yang mendadak jadi banyak musuh tentu saja. Musuhnya tidak lagi dari kalangan Kurawa saja sekarang, tapi juga termasuk anasir Pandhawa sakwadya balaneEmang enaak jadi rajaa?

Efeknya ya mungkin bikin semedhot juga buat pegawai kerajaan. Nyesek dan kaget. Beberapa bahkan frustrasi karena terlanjur mempunyai banyak tanggungan utang yang agan-nya dari duit yang masih abstrak yang akhirnya tidak lagi diterima itu. Kojur tenan!

Tapi memang untuk setiap kebijakan kerajaan, apapun, pasti ada pihak yang merasa dirugikan. Wajar dalam sebuah dinamika pewayangan. Semoga kegelisahan karena merasa dirugikan itu, tidak berlangsung lama. Karena segalanya akan bisa karena biasa. Nanti pengiritan ini akan menjadi biasa dan asyik juga. Bravo untuk semua.

Tatapan Gareng menerawang keluar jendela.
Dilihatnya genduk dan tole sedang berlarian di luar dengan riangnya. Istrinya juga asyik menjemur baju dengan bersenandung. Wehh.. weladalah... Gareng hanya bersyukur kepada Gusti Allah, mengucapkan maturnuwun. Anak-anaknya yang sehat, rejeki yang lancar, dan padi di lumbung yang masih terjaga. Cukup menenteramkan hatinya. Raut mukanya terlihat puas. Karena segala perencanaan berjalan lancar dan menuai hasilnya sekarang. Di saat banyak kawula kerajaan kebingungan, Gareng tetap bisa tersenyum semringah. 
Bersakit-sakit dahulu, berperasaan tenang kemudian.
Hatinya riang seperti baru saja mendapat hadiah. Hidup yang tidak berlebih, tapi tidak pula kekurangan. Dan rasa damai yang diidam-idamkannya sudah terasa selalu di hatinya.


Wassalamu'alaikim wr.wb.

RENUNGAN

$
0
0



"baca kisah gareng ini jadi inget bapakku bang, dulu beliau prnah menjabat jd anggota dpr, gajinya ga bgtu buanyak sih, tp yg byk ituh duit dr rapat2 yg ga keduga, uang insentif, bonus, barang2 inventaris atau apalah namanya yg sering didapat, tp ibu selalu mengetati, ibu ga pernah mau pake uang hasil rapat2 yg segede itu dan gak jelas asal muasalnya sepeserpun, akhirnya disimpan sama ibu selama beberapa tahun sampe mencapai ratusan juta, setelah terkumpul sebanyak itu ibu punya inisiatif agar hasil dr uang itu dibangun jadi yayasan yatim piatu, anak2 yatim piatu disitu dibiayai sepenuhnya sama bapak ibu termasuk pendidikan dan kehidupannya, seţelah itu bapak mengundurkan diri jd anggota dpr atas desakan ibu dan kini bapak lebih konsen ngurusi pendidikan dan pesantren.. saya jadi mbatin, seandainya para istri anggota dewan seperti ibuku.. pasti ga akan ada foya2 anggota dewan dan yg paati ga akan ada anak2 terlantar yg konon dipelihara oleh negara.".



-----------------------------------------------------



Assalamu'alaikum wrwb.



Di atas itu kutipan komen Mbak Uswah atas postingan saya yang bertema Gareng, seorang anggota punakawan yang nyaman dalam dunianya. Komen Mbak Uswah ini sangat menginspirasi saya. Sangat trenyuh saya membaca poin kemuliaan yang ada di tulisan itu. Juga esensi pendamping hidup yang senantiasa bisa memngingatkan pasangannya untuk selalu pada jalan yang benar.  Masya Allah, indah sekali. Tak bisa berkata apa-apa lagi, kecuali berharap, semoga saya bisa mengikuti hakikat kemuliaan seperti orang tua Mbak Uswah. Aaamiin ya Hayyuu.


Wassalamu'alaikum wrwb.
nggak punya foto bapak-ibunya Mbak Uswah buat dipasang di sini,
so menampilkan generasi penerusnya sajalah...

DI PUNCAK SINDORO CINTA BERTAHTA

$
0
0





Assalamu’alaikum wr.wb.

Jika saya ditanya, apa panorama alam yang paling saya suka, saya akan menjawab: Gunung Sindoro. Gunung yang gagah menjulang ke angkasa ini berlokasi di perbatasan Wonosobo - Temanggung, Jawa Tengah. Gunung ini sangat memberikan gurat-gurat kenangan tak terlupakan di hati saya.

Apa pasal?
Begini ceritanya.
Pada medio 1994, menginjak tahun kedua saya kuliah, saya mengajak seorang teman dekat,  wanita teman sekelas saya, berjalan-jalan. Sekaligus ingin mengenalkan dunia saya kepadanya. Gunung. Ya, saya mengajaknya naik gunung.

Jumat sore itu, setelah jam kuliah, kami berangkat dari Semarang menuju Wonosobo. Target saya Gunung Sindoro, yang bagi saya adalah gunung termudah selain Merapi yang bisa didaki. Saya sengaja memilih mendaki pada malam Sabtu, karena jika malam Minggu, gunung Sindoro, sebagaimana gunung manapun di nusantara ini, pasti akan ramai oleh para pendaki. Dan itu hanya akan membuat acara kami tidak nyaman. Puncak gunung yang ramai  dan hiruk pikuk sungguh tidak akan membawa irama syahdu untuk kami.

Kami berangkat mendaki hanya berdua saja. Bukan perkara susah karena saya biasa mendaki gunung seorang diri. Gunung Slamet, Merapi, Merbabu, Sumbing, Lawu, dan Ungaran, sering saya daki sendirian. Kadang-kadang bergabung dengan rombongan lain yang saya kenal di desa terakhir, atau benar-benar saya mendaki sendirian sampai puncak.

Kami mengambil rute dari desa Sigedang, dekat Pabrik Teh Tambi, Dari situ rutenya sederhana dan relatif tidak menyesatkan. Jika mendaki sendirian, saya biasa berangkat pukul dua belas malam untuk mengejar sunrise di puncak. Intinya, inilah jalur cepat.  



Situasi ini berbeda jika melewati jalur Kledung (jalur lainnya) yang medannya lebih berat. Kami berangkat dari desa terakhir pukul sembilan malam. Dengan harapan, supaya perjalanan lebih santai dan tidak terburu-buru untuk mendapatkan sunrise di puncak.

Pendakian kami berjalan relatif mudah. Tidak ada aral melintang serta aman. Istirahat cukup sering kami lakukan. Saat badan mulai menggigil, maka kami hentikan istirahat dan segera melanjutkan perjalanan. Memang berbeda dengan kebiasaan saya untuk selalu nge-track, karena, maklumlah, yang saya ajak mendaki saat itu adalah seorang wanita, yang juga baru pertama kali mencoba naik gunung. 

Ada satu sensasi yang tidak terjadi malam itu, yaitu kebiasaan pendaki gunung Sindoro dan gunung Sumbing yang saling bertukar sorotan lampu senter. Kilatan-kilatan cahaya dari gunung Sumbing tidak kami saksikan malam itu, meski kami sudah menyorotkan senter ke arah Gunung Sumbing. Pasti karena malam Sabtu bukan malam yang ramai untuk pendakian.

Kami sampai puncak sekitar pukul empat pagi. Mendirikan bivak dan menunggu sunrise. Tapi apa yang kami saksikan? Hingga matahari naik tinggi, di puncak itu tidak saya temui seorang manusia pun. Tidak ada siapa pun selain kami berdua. Di puncak gunung itu benar-benar hanya ada kami. Sepi. Hening sekali. Bahkan sampai menjelang tengah hari, saat kami memutuskan untuk turun karena cuaca mulai berangin, kami benar-benar hanya berdua saja. 

Tidak ada siapapun, hingga mengambil foto berdua pun menggunakan
gagang kayu. maklumlah, saat itu kamera Canon MDL-25 belum
dilengkapi dengan timer atau remote





Di puncak Sindoro kami bertahta. Di singgasana hati berkilau rasa cinta. Berkuasa tanpa rakyat, tanpa bala tentara. Kaki kami menapak di megahnya permadani awan-awan, dan pemandangan kota-kota jajahan yang tunduk pada setiap pandangan, serta gunung-gunung yang mengawal kami di kanan kiri.

Momentum itu menjadi salah satu dari sepuluh momen paling indah dalam hidup saya. Tak akan terlupakan sampai selamanya. Karena wanita teman sekelas yang saya ajak mendaki itu, sampai sekarang benar-benar masih mengikuti pendakian hidup saya. Dialah ibu anak-anak saya.

Wassalamu’alaikum wr.wb
---------------------------------



#Pengalaman naik gunung yang lebih fantastis dapat dibaca di:


#Dokumentasi foto pribadi dan LAREPA SMA 1 Cilacap











OLAHRAGALAH

$
0
0

Assalamu'alaikum wr.wb.


Benjamin Greenwood dan Monika Fleshner dari Universitas Colorado melakukan eksperimen terhadap dua kelompok tikus. Kelompok pertama distimulasi untuk senantiasa bergerak, dan kelompok lain didiamkan dalam suasana pasif. 

Hasilnya dalam enam pekan, hampir 100% kelompok tikus yang pertama tumbuh menjadi tikus yang tidak penakut dan kooperatif. Sedangkan kelompok lainnya, menjadi sekelompok tikus yang sensitif, pencemas, dan tidak kooperatif.

Kesimpulan para ahli tersebut adalah, bahwa olahraga, bahkan untuk tikus sekalipun, akan membangun sikap positif, yaitu percaya diri, berani dan tidak apriori. 

Maka berolahragalah, dan kenalkan pula kepada generasi kita: olahraga.
Hidup olahraga!!



Wassalamu'alaikum wr.wb.


bisa menebak siapa tokoh ini?
olahraganya manjat tower tiap hari

GARENG MIMPI BURUK

$
0
0


Assalamu’alaikum wr.wb.


Hari-hari belakangan ini Gareng terlihat sangat gempor. Sejak pabrik memberlakukan aturan jam kerja ngawur-ngawuran, Gareng sering letoy. Matanya merah, pipinya kempot, badannya kuyu, dengkulnya keropos, dan otaknya kethul. Belum lagi lambe-nya yang ndomble terlihat seperti mau jatuh. Jeleknya puool.

Setiap hari bekerja, berangkat pagi sebelum matahari terbit lalu sampai rumah lagi dua jam menjelang tengah malam saat gendruwo - pocong – tuyul bergerilya. Sabtu dan Minggu bekerja bakti di kantor sampai malam – ketemu gendruwo yang sama, sering pula papasan dengan wayang waria yang mangkal di alun-alun kerajaan. Sering juga sampai pagi saat para Kurawa latihan baris. Edan pokoknya. Batinnya berkata, tentara langit yang sedang perang infanteri saja tidak begini kerjanya.

Jam kerja ancur melanggar aturan jam kerja pewayangan internasional seperti itu diterapkan setelah Nyai Durga, salah seorang pentholan tengil di pabrik itu secara diktator proletariat menitahkan demikian. Semua bawahan yang sebenarnya pada penthol-penthol juga cuma bisa diam tanpa bergeming. Paling-paling misuh di belakang sambil nggaruk-nggaruk selangkangan. Lalu ngompol. Kampret! Apalagi Gareng yang hanya sekelas orong-orong jumbleng, hanya bisa nulis di blog daun lontar.

Pola kerja yang semrawut seperti nasi mawut basi itu masih ditambah dengan kelakuan Togog, cantrik supervisor-nya, yang cere mendhe, kemaruk, dan galak. Gayanya yang pating penthalit dan cangkem-nya yang bodol asal njeplak tidak beraturan mengundang banyak mungsuh se-Astinapura. Apalagi selain galak, dia juga mecicil sama recehan. Halahh embuhlah, batin Gareng. Urusan si oknum dah. Laki-laki setipikal Iron Man (lelaki penyetrika) biasa berkompensasi, memang. Maklum. Huh! Syu! Semoga dia masuk surga jika meninggal kelak. Tapi, sekampret-kampretnya Togog, dia tetaplah bosnya. Syu!

Badan yang capek ditambah pikiran yang suntuk, membuat lengkap segala penderitaannya.
Dengan segala situasi itulah dia banyak mengeluh. Kemesraan dengan istrinya yang selama ini berkelas dewa-dewi, melorot drastis. Si Genduk dan Si Thole sekarang terancam bodo-bodokarena Gareng tidak lagi bisa mendampingi mereka belajar. Wajah mereka pun banyak murung karena setiap akhir pekan tidak lagi bisa berhandai-handai dengan bapaknya itu. Silaturahmi dengan para kadang pun tidak ada lagi. Bahkan takziyah dan kondangan pun tidak lagi sempat. Gara-gara Durga Syu. Togog Syu. Syu!

Plaak!
Tiba-tiba kepala Gareng terantuk tembok.
“Haahh. Lho? Wahh
Horee… Hahahahahaha….
Aku bangun tidur. Halahh tadi itu cuman ngimpi to? Ngimpi buruk terkejam versi Billboard Top Fourty!”
Maturnuwun Gusti, ternyata hanya mimpi. Preeek tenaann...Hahahahaha…

Dengan tergopoh-gopoh, dia menghampiri isterinya untuk menceritakan isi mimpinya itu. Dengan berapi-api menceritakan mimpi katronya.  
Lalu istrinya menimpali, 
“Lho, Pakne, tadi aku baca papan pengumuman di Kadipaten, bunyinya begitu je!. Sama persis kayak ngimpinya Pakne. Pabrike mulai besok kerjanya sampai malam, Sabtu Minggu juga ndak libur, kalo perlu sampai pagi… terus..bosnya Pakne juga masih ndekem di pabrik. Terus……”
Belum selesai isteri Gareng bercerita..
Cukup… cukup, Bune…
Gareng lalu lari ngibrit keluar, berlari sekencang-kencangnya. Dan nyemplung di got.
Ngumpet sampai pagi.  



Wassalamu’alaikum wr.wb.





MOBIL JEMPUTAN ITU

$
0
0
Mobil jemputan Pak Ruslan
(Dokumentasi Kompas)




Assalamu'alaikum wrwb.

Siang itu sekitar pukul sebelas siang. Saya di kantor saat teman saya menelpon, yang mengabarkan ada mobil jemputan anak sekolah yang jatuh ke jurang. Mobil itu, katanya adalah mobil jemputan sekolah tempat anak-anak saya bersekolah, yaitu di SD Julang - Bogor. Spontan saya terkesiap, dan langsung menelpon isteri saya di rumah. Berdebar sekali dada saya ini. Karena anak-anak saya adalah pelanggan jemputan sekolah. 

Di ujung telpon isteri saya mengabarkan, bahwa Agree sudah berada di rumah. Alhamdulillaah, Agree aman, karena hari itu dia bukan penumpang jemputan naas itu. Sekarang tinggal informasi tentang si Arien. Kata isteri saya, Arien belum sampai di rumah. Artinya dia masih di sekolah, atau bisa jadi dia ada di jalan, meski untuk jam segitu seharusnya dia belum pulang. 

Segera saya mencari tahu dengan menelpon sekolah. Ternyata pihak sekolah sudah mengetahui kejadian itu, namun belum mengetahui detail peristiwanya. Saya pun segera menghubungi teman saya yang tinggal di dekat lokasi, yang bekerja di sektor informal di rumahnya. 

Menurut teman saya, mobil yang masuk jurang berisi para siswa yang hendak berangkat ke sekolah. Hendak berangkat? Berarti Arien tidak ada di dalamnya? Sementara teman saya belum mengetahui siapa saja anak-anak yang berada di dalam mobil jemputan itu.

Kembali saya menelpon sekolah. Kali ini kelihatan pihak sekolah sedang dalam suasana panik. Dari pihak sekolah saya memperoleh kabar, bahwa pengemudi mobil jemputan adalah Pak Ruslan. Hahh, Pak Ruslan kan Om Encan bukan? Om Encan, demikian anak-anak saya memanggil beliau. 

Sementara saya baru meyakinkan diri, bahwa anak saya Agree bukan penumpang yang naas. Tapi Arien?

Setelah setengah jam saya menelpon sekolah kembali, dari pihak sekolah diperoleh kabar mengenai daftar nama anak-anak yang ada di jemputan itu.  Mereka adalah siswa kelas 3 dan 4. Dan hendak berangkat, bukan pulang sekolah. Pihak sekolah bahkan menyebut nama-nama yaitu: Alif, Parsya, Pandu, Zafarina, Riska, Fazrul, Tirta, Nanda, dan Aulia. Tidak ada nama Arien, alhamdulillaah. Tapi tentu ada para orang tua yang merasakan anaknya ada di dalam mobil jemputan itu bukan?

Nah, sekarang bagaimana nasib anak-anak yang ada di jemputan itu, juga Om Encan. Ya, Om Encan. Kedua anak saya itu sering pula diantar jemput oleh Om Encan ini, karena armada jemputan untuk sekolah anak-anak saya ini dikelola secara terpadu oleh pihak sekolah. Saat itu, Om Encan mengemudikan mobil Suzuky Carry warna biru dengan Nopol B 7770 R, mobil yang biasa pula membawa anak-anak saya.

Lalu saya mendengar dari teman saya yang berada di lokasi, alhamdulillaah, semuanya selamat. Cerita tentang jurang sedalam 10 meter itu pun sudah lewat. Menjadi sejarah. Dan menjadi pelajaran bersama. Alhamdulillaah, saya bersujud syukur.

Lalu saya terpekur. Lama menerawang. Benar-benar kecil sekali kita yang makhluk lemah ini. Anak-anak yang tadi bersama, makan pagi bersama kita, akan menjalani pengalaman sendiri tanpa kita, dan  mereka akan mengalami pengalaman yang mungkin berbentuk pengalaman baik - membahagiakan, dan mungkin pula pengalaman buruk - tragis, bahkan dapat dengan mudahnya mereka direnggut dari kita, jika Allah menghendaki. 


Ya Allah, lindungi kami selalu. Jauhkanlah kami dari segala marabahaya dan keadaan yang tidak mengenakkan kapan pun juga.


Wassalamu'alaikum wrwb.


MENERIMA KEKALAHAN

$
0
0


Assalamu'alaikum wr.wb.



Dalam keseharian, kita hampir selalu dihadapkan pada ajang kompetisi. Mulai dari bagaimana memperebutkan ranking bagus di kelas, memenangkan perlombaan, berjuang masuk sekolah favorit, lalu berebut menembus UMPTN (SNMPTN), hingga berjuang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Bahkan untuk mendapatkan hati seorang wanita demi menjadikannya sebagai ibunya anak-anak pun harus berkompetisi pula. Hidup memang demikian.

Dalam kompetisi itu, ada yang menang, ada pula yang kalah. Untuk menjadi yang menang, pasti dituntut kesiapan mental yang bagus, dan untuk menerima sebagai yang kalah, pun diperlukan kesiapan mental yang baik. Menerima kekalahan dengan lapang dada, ikhlas, sekaligus membuatnya sebagai cambuk untuk menuju kesuksesan yang akan datang, itu sikap ideal dalam menerima sebuah kekalahan.

Saya adalah seorang yang sangat tertempa untuk itu. Saya sudah terlatih dan akrab sekali dengan istilah gagal, Gagal total, dan menjadi pecundang parah, saya sudah sangat biasa. Tapi alhamdulillah, saya sudah ada di fase: tidak pernah sakit hati atas setiap kekalahan. Saya hadapi dengan kata "persetan", saat itu. Dan sekarang, metamorfosis kata persetan bagi saya adalah "ikhlas". Saya selalu menerima kekalahan dengan ikhlas.

Itulah yang sekarang saya tanamkan kepada anak-anak saya. Mereka harus siap untuk menjadi seorang peserta kompetisi yang baik. Andai mereka kalah, mereka harus siap, dan akan menghadapinya dengan senyum yang ikhlas. Andai mereka menjadi pemenang, mereka akan menganggap itu sebagai anugerah yang wajib disyukuri, bukan alasan mereka untuk boleh tinggi hati.

Itulah mengapa saya sangat bahagia jika anak-anak saya ditunjuk sekolahnya untuk mengikuti lomba atau kejuaraan. Demikian halnya, saya pun kerap mengikutkan mereka dalam kegiatan bernama lomba. Lomba apa saja. Bahkan untuk lomba yang sulit menang, saya sering mengikutkan anak-anak saya.

Langkah saya sudah mulai menemui sasaran. Saat anak-anak saya harus kalah dalam suatu perlombaan atau kejuaraan, saya melihat mereka sudah bersikap santai dan tidak tertekan. Itu tidak saya saksikan pada awal-awal mereka ikut lomba. Bahkan Arien pada awalnya sering menangis karena mengalami kekalahan. Tapi sekarang, dia akan menerima kekalahan sebagai sesuatu yang wajar dengan ekspresi yang biasa pada setiap kekalahan.

Dan dengan latihan berkompetisi, mereka tidak hanya terbiasa untuk kalah, tapi terbiasa menyikapi keadaan secara mandiri serta menyiapkan strategi untuk dapat memenangkan kompetisi. Itu juga tidak kalah penting tentunya.



Wassalamu'alaikum wr.wb.






PIAGAM PENGHARGAAN

$
0
0

Assalamu'alaikum wrwb.



Horee saya mendapat piagam penghargaan. Juara! Juara kayak Pedrosa pokoknya deh rasanya. Keren dehh.. Ini dia piagamnya.

Per 8 Maret 2013, saya mendapat Sunshine Award dari Mas Haykal Van Halen. Sunshine Award ini modusnya berantai, sehingga saya mestinya bikin jawaban dan sekaligus pertanyaan lanjutan juga sih. Tapi apa daya, belum sempat, selagi ingat harus menjawab, pas lagi pengin tidur. Ahh, pokoknya saya haturkan terima kasih aja deh buat Mas Haykal.

PENGHARGAAN 1

Lalu yang kedua, piagam bernama Jawara Blogger dari Mbak Indah Cavalera  yang diberikan tanggal 20 Maret 2013. Entah kenapa saya mendapat hadiah ini. Pasti karena saya keren kayak Jaka Sembung ya. Makasiihh ya Mbak Indah.

PENGHARGAAN 2
Lalu ada juga piagam dari Mas Payzo Maiden, tanggal 7 Mei 2013. Saya dibilang motivator 100%. Tuh, keren kan? Padahal saya hanya merasa 99% deh! Makssih juga Mas Pay.

PENGHARGAAN 3

Nah yang terakhir ini piagam juga. Gambar saudara-saudara senasib sepenanggungan, teman satu atap, RCAA Gank. Piagam yang paling berharga, yang bikin hati ini berasa seperti hati penghuni surga. Yuhuii.

PENGHARGAAN 4



Wassalamu'alaikum wrwb.

MALU YANG BUKAN PERHIASAN

$
0
0

Assalamu’alaikum wr.wb.


Pada hari Kamis yang libur pekan lalu, saya mengajak anak-anak dan istri saya makan siang di sebuah warung soto kudus di bilangan Warung Jambu - Bogor. Pada saat makan itu, tanpa sengaja jaket saya tersangkut nampan berisi lauk yang ada di atas meja. Fatal, karena nampan itu terguling dan jatuhlah semua yang ada di atasnya. Ada sate telor puyuh, sate paru, sate ati-ampela, telor dadar, dan perkedel. Terserak rata di lantai. Kojur.

Seluruh mata pun memandang ke arah saya. Inilah sang pecundang endonesa telah datang, mungkin begitu ujar mereka di benak terdalam. Prekk, saya persetankan saja. Saya pun berusaha untuk menguasai keadaan. Saya meminta maaf dan bermaksud mengganti kerugian yang diakibatkan oleh ulah tidak sengaja saya itu.

Namun ada satu yang menarik. Ialah ekspresi anak-anak saya, juga istri saya. Mereka, saat kejadian itu, spontan melengos, bahkan Arien menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya. Dan setelahnya, mereka kelihatan seperti ikut menanggung rasa malu atas keadaan ini (padahal saya tidak! huhh). Utamanya saat semua mata memandang ke arah saya yang sibuk mengembalikan isi nampan ke tempat asalnya.

Dua hari kemudian, saya kembali mengajak mereka ke sana. Tahu tanggapan istri saya? Dia tidak mau! Bagi saya, inilah efek malu yang masih tersisa itu.

Hm… saya hanya merenung. Itu semua adalah ekspresi rasa malu yang logis dan wajar saja, untuk sebuah keadaan yang sebenarnya sangat biasa. Bukan sebagai sebuah ekspresi atas kejadian memalukan yang menjatuhkan harga diri.

Saya sedikit bisa membayangkan, tentang apa yang terjadi pada keluarga seseorang yang telah menjadi tersangka korupsi, atau keluarga seorang copet yang dipukuli massa di jalanan, atau keluarga dari seseorang pelaku perzinahan, atau bermacam perilaku dari para oknum yang semakin tak terbatas ruang lingkupnya. Yang akibat ulahnya, dijadikanlah bulan-bulanan oleh media massa. Sering saya baca di surat kabar cerita tentang sebuah keluarga yang malu, mengurung diri, malu untuk bersekolah karena menjadi bahan cemoohan dan pandangan mata sinis, pergi dari rumah dan kehidupannya yang mapan, bahkan menderita batin karena menanggung malu hingga akhirnya meninggal.

Beranjak dari fragmen di atas, maka marilah kita bersama-sama menjaga diri. Dari perbuatan-perbuatan khilaf dan lepas kendali yang membawa pada rasa malu. Pertimbangkan risiko rasa malu karena sesuatu yang tidak pantas dan aib. Paling tidak, pertimbangkan rasa malu anggota keluarga kita yang tidak pernah rela kita dalam posisi dipermalukan. Ingatlah selalu, menjatuhkan lauk di warung soto saja sudah bikin malu, apalagi sampai menjadi oknum sebagaimana diceritakan di atas.


Wassalamu’alaikum wr.wb.


jangan pada ngiri ya, endonesa sudah merdeka koq.
seratus persen, yang ini nggak pake malu deh

KTP EDYAN

$
0
0




Assalamu’alaikum wr.wb.


Pada 11 April 2013 yang lalu, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengeluarkan Surat Edaran (SE) yang isinya antara lain berisi larangan untuk mengcopy, mengklip, dan/atau men-stapler dokumen bernama e-KTP.

Lalu, bagaimana nasib e-KTP yang sudah terlanjur di-copy sebelum SE itu diterbitkan? Hampir dipastikan e-KTP telah rusak! 

Mengapa baru mengingatkannya sekarang? Saat saya, juga saya yakin jutaan orang lainnya, telah mengcopy e-KTP. Saya telah memiliki e-KTP selama hampir setahun ini dan pasti telah berulangkali mengcopy, mungkin sudah ratusan kali, terutama saat berurusan dengan bank, samsat, kelurahan, kantor pajak, dan BPN. 

Menanggapi hal ini, Pak Gamawan menolak disebut telat. Menurutnya, SE itu baru dikeluarkan karena momennya memang tepat untuk saat ini. "Karena tahun ini kita mencapai cetak ke 137 juta, makanya kita ingatkan sekarang," kata Pak Gamawan. Mengingatkan sekarang? Karena sudah mencetak ratusan juta e-KTP? Inikah jawaban Pak Menteri. Sangat tidak rasional dan hanya justifikasi dangkal bukan?

Saya hanya heran, mengapa aturan yang sedemikian penting ini datang sangat terlambat. Seharusnya, informasi itu disampaikan sejak awal sejak launching program e-KTP. 


Masalah lain yang menurut saya parah, mengapa e-KTP tidak bisa dicopy. Sementara kartu kredit, kartu ATM, bahkan kartu belanja yang berformat sejenis, bisa. Teknologi macam apa yang ada di e-KTP sehingga menjadi megaproyek bernilai sekitar enam triliun rupiah, yang kemudian menghasilkan kualitas yang kalah telak dari kartu-kartu yang lebih murah.

Tapi ada yang lebih parah. Bahwa ternyata e-KTP banyak yang belum mendapatkannya! Padahal Pak Gamawan pernah bilang, jika sampai akhir 2012 e-KTP belum tuntas, beliau akan mundur sebagai menteri. Kapan mundurnya coba?


Tentu banyak isapan jempol di sini. Lalu mengelak setelahnya. Maka tinggal kita tunggu saja, biasanya sang menteri akan bertitah, “Saya akan berikan sanksi untuk pejabat yang lalai mengurusnya!”, serupa dengan ungkapan Mendikbud belum lama ini atas telatnya pelaksanaan UN. Padahal, sepertinya tidak hanya pejabat pelaksana yang diperiksa, yang lebih penting: periksa menterinya.



Wassalamu’alaikum wr.wb.






DARI SEBUAH OBITUARY

$
0
0



Assalamu'alaikum wr.wb.


Semalam (Rabu, 15 Mei 2013), saya begadang hingga dini hari. Nongkrong. Karena Bu Titin, tetangga sebelah rumah saya, meninggal dunia. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Bu Titin meninggal setelah mengalami koma sejak hari Kamis pekan lalu.

Di sini saya akan bercerita mengenai hari Kamis itu.

Saat itu, sekitar pukul setengah delapan malam. Anak-anak saya, Arien dan Agree sedang mengaji di ruang tengah. Istri saya di dapur menggoreng mendoan. Sementara saya di kamar, mengoreksi pekerjaan rumah Agree.

Tiba-tiba Arien masuk ke kamar saya.
Pak, ada yang minta tolong di rumah sebelah!
Tanpa kompromi lagi, saya bangkit dan beranjak keluar.
Minta tolong? Dalam pikiran saya, mungkin ada orang jahat. Saya sudah menunggu momentum itu, saya akan melampiaskan segenap kekesalan atas diri orang jahat, siapa pun, ke muka penjahat itu. Pikiran saya kemana-mana, karena tetangga saya dikenal sebagai orang yang mapan secara materi, juga sebagai tokoh terkemuka di lingkungan kami.

Saya berlari kencang menuju rumah itu. Istri saya mengikuti, berlari di belakang saya. Rumah bagus yang besar itu nampak sepi dan tertutup. Tapi saya berhasil masuk, karena ternyata pintunya tidak terkunci. Lalu saya pun mencari sumber suara. Benar ada suara wanita minta tolong, tapi entah dimana. Saya hanya yakin, pasti di rumah itu.

Hingga saya mendengar jelas suara itu berasal dari sebuah kamar. Atas nama keselamatan, saya mengabaikan kode etik. Saya pun menyeruak masuk ke kamar itu. Tidak dikunci. Benar, di situlah sumber suara itu. Tepatnya di kamar mandi yang ada di dalam kamar. Lagi-lagi, abaikan etik apapun, saya masuk ke dalam kamar mandi.

Subhanallaah, ternyata Bu Titin tengah tergeletak di lantai kamar mandi. Dengan suaranya yang melolong meminta tolong. Tidak ada orang lain lagi di situ. Berarti beliau jatuh, bukan sebagai korban kejahatan. Saya menyaksikan beliau juga muntah-muntah, banyak sekali.

Posisi badan beliau yang telentang dan berada di ruang sempit di antara bak mandi dan kloset duduk. Badannya terhimpit. Saya berfikir, pasti akan susah mengangkat badan Bu Titin. Apalagi, satu hal yang penting pada diri Bu Titin: beliau berbadan tambun, dengan berat badan kurang lebih 150 kilogram!

Istri saya mengusulkan untuk memanggil anak-anak Bu Titin yang tinggal di sekitar rumah itu  juga. Tapi saya melarangnya. Nanti dulu, jangan sekarang. Saya pikir pasti akan runyam jika melibatkan anak-anaknya. Yang ada hanya panik, sehingga pertolongan malah tidak maksimal. Tentu berbeda dengan cara saya yang terbiasa menangani segala masalah dengan rileks dan tidak gugup (konon ini jugalah yang membuat pacar saya dulu rela saya peristri, he..).

Dan saya seperti dituntun oleh naluri yang spontan dan cepat, hingga saya bisa melepaskan badan Bu Titin dari himpitan bak mandi dan kloset, dan saya mengangkat badan beliau dengan sekali angkat hingga ke ranjang di dalam kamar.

Karena saya melihat beliau tadi muntah, saya berpretensi bahwa beliau bisa saja mengalami gegar otak, sehingga saya memposisikan badan beliau miring di ranjang. Saya pun sempat memijit kaki beliau, dan sempat bercakap-cakap untuk mengalihkan rasa sakit beliau.

Kemudian, singkat cerita, saya mengabari anak-anaknya, yang lalu berkumpul, untuk kemudian membawa beliau ke rumah sakit. Dari sejak sampai di rumah sakit itu hingga Rabu siang kemarin, beliau koma, dan akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir. Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun.

Yang tersisa dari kisah itu adalah, banyak orang mempertanyakan cara saya mengangkat badan Bu Titin yang besar, dan terhimpit antara bak mandi dan kloset. Jika disimulasikan kembali, memang agak abnormal jika saya mampu melakukannya. Bahkan saya pun kesulitan untuk mengingat bagaimana saya mengangkat badan Bu Titin yang besar itu. Berdasarkan obrolan bapak-bapak dan ibu-ibu di acara ta'ziyah dan tahlil semalam, menurut mereka, semua itu bisa dilakukan karena rasa ikhlas dan penuh keyakinan.

Rasa ikhlas dan penuh keyakinan? Ini yang terngiang di pikiran saya sekarang. Sepertinya benar. Bukan lagi sepertinya, tapi saya yakin sekali, bahwa pendapat itu memang benar. 

Saya lalu memastikan, bahwa apapun, seandainya dilakukan dengan ikhlas dan penuh keyakinan, pasti akan berhasil, bahkan untuk sesuatu yang pada awalnya disangka mustahil. Wallahu a'lam.



 Wasalamu'alaikum wr.wb.


Sindoro, hanya dia yang nyaris abadi di bumi

TUHAN PASTI SEDANG BERCANDA

$
0
0


Assalamu’alaikum wr.wb.


Saya pernah beberapa kali ditilang oleh petugas lalu lintas di jalan raya. Beberapa kali pula saya bersilat lidah untuk menghindari tilang, baik dalam bentuk sidang di pengadilan maupun sidang di tempat. Dilematis. Sidang di pengadilan, pasti akan merugikan waktu saya karena harus ke pengadilan pada jam kerja, track record pun menjadi buruk, selain tentu saja rugi secara materi. Sidang di tempat lebih parah lagi, karena statusnya menjadi jelas: suap! Dan kita tahu semua apa hukumnya suap.

Saya sering membayangkan menjadi seseorang yang berkategori very important person, seperti Tony Stark (alter ego Iron Man) atau Bruce Wayne (alter ego Batman) yang dengan entengnya membuka kacamata di depan petugas yang hendak menilangnya, dan berkata, “Anda serius mau menilang saya?” Lalu petugas pun mendadak hormat dan membungkuk kepadanya. 

Angan-angan saya barangkali ketinggian.

Hingga kemudian,
Tuhan pasti telah mendengar suara batin saya. Lalu mencandai saya dengan kuasa-NYA. Ketika seorang perwira polisi yang kerap menjadi kolega dalam pekerjaan saya, meminta data pribadi saya. Dan beberapa hari kemudian, saya dikirimi kartu ini:


Plus sms dari beliau: 
“Kalau ditilang, tunjukin saja kartu ini. Buat ngurus apa saja juga pasti dipercepat.”

Apaa??
Inikah yang pernah saya impikan itu? Kartu Tony Stark dan Bruce Wayne? Masya Allah. Alhamdulillaah. Seorang saya, yang hanya orang kampung dari sebuah desa di ujung sana, bisa dianggap orang penting seperti ini? Allah pasti sedang bercanda. Candaan Allah yang menyayangi hamba-NYA (semoga). Bahkan untuk keinginan saya yang belum tersemat dalam doa sekalipun pun, DIA telah mengijabahinya. 

Seketika saya bersyukur, dan sampai sekarang pun tetap terus bersyukur.  


--------------
Insya Allah, kartu ini tidak akan saya salahgunakan, dan hanya saya jadikan sebagai monument untuk memberikan rasa percaya diri saya, khususnya saat berkendara.





Wasssalamu’alaikum wr.wb



.




ANAK-ANAK DIAJARI GRATIFIKASI SEJAK DINI

$
0
0



Assalamu'alaikum wr.wb.



Saya adalah orang tua salah seorang siswa yang duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Saat mendampingi anak saya belajar, saya dikejutkan oleh sebuah paragraf yang ada dalam Lembar Kegiatan Siswa -  Pendidikan Kewarganegaraan terbitan Citra Pustaka, khusunya di halaman 3, yang berbunyi sebagai berikut:

“Contoh musyawarah di dalam kelas antara lain sebagai berikut:
….................
d. Memberi sesuatu kepada wali kelas.”





Simpel? Mungkin.
Tapi bagi saya tidak.
Memberi sesuatu kepada wali kelas? Gejala macam apa ini?

Kenyataan di atas sungguh mengecewakan hati saya sebagai seorang yang menaruh hormat pada profesi guru. Bagaimana tidak. Guru adalah sebuah profesi terhormat. Figur yang bagai malaikat pembagi ilmu yang membuat seseorang yang tidak mengerti apapun menjadi sangat faham dan akhirnya menjadi orang-orang yang berarti bagi negeri ini.

Namun, pahlawan tanpa tanda jasa yang mulia itu, bagi beberapa gelintir guru, ternyata menyandang pamrih. Lebih dari itu, pernyataan di dalam buku ini jelas kontraproduktif dengan gema anti suap dan gratifikasi yang didengung-dengungkan dewasa ini.

Pada saat para penghulu yang menikahkan pasangan mempelai mulai menyadari untuk menyudahi praktik uang tips, sebagian guru masih keblinger di alam anehnya.

Yang kita lihat dari kasus (saya katakan ini kasus, karena sebagian besar guru di Indonesia adalah figur ideal, yang tercoreng oleh sebagian saja ulah guru yang tidak ideal seperti ini) di atas adalah, di sekolah, para siswa masih menerima doktrin sesat berupa pemberian hadiah kepada wali kelas.

Dalam beberapa praktik, saya kerap menjumpai beberapa orang tua siswa, pada saat mengambil raport, memberikan sesuatu kepada guru wali kelas atau kepada guru mata pelajaran tertentu. Bahkan tidak jarang itu sudah dikomando, untuk ber-iuran sejumlah nominal tertentu untuk diberikan kepada sang guru. Subhanallah, mengapa anak didik bahkan tidak diajari untuk memberikan sebagian rizkinya kepada yatim piatu, anak-anak jalanan, dan sebagainya.

Sebuah etika yang keliru. Bukankah dalam menunaikan pekerjaan-pekerjaan yang diamanahkan, para pegawai/karyawan harus memiliki sifat iffah atau menjaga kehormatan, yang antara lain bebas dari suap dan gratifikasi. Dan setiap pegawai wajib menjadi seorang yang menjaga kehormatan dirinya, berjiwa mulia dan kaya hati, jauh dari memakan harta-harta manusia dengan batil, dari apa-apa yang diberikan kepadanya berupa suap walau dinamakan dengan hadiah. Karena apabila dia mengambil harta manusia dengan tanpa hak berarti ia memakannya dengan batil, dan memakan harta dengan cara batil merupakan salah satu sebab tidak dikabulkannya doa. Wallahu a’lam, saya hanya prihatin.

----

"Wahai orang-orang yang beriman makanlah kamu dari apa yang baik-baik dari apa yang telah Kami rizkikan kepadamu" (Al-Baqarah: 172).
  
Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda: “Sungguh akan datang pada manusia suatu zaman di mana seseorang tidak peduli dengan cara apa dia mengambil harta, apakah dari yang halal atau dari yang haram”.



Wassalamu'alaikum wr.wb.




AGAR DIJAUHKAN DARI IRI DAN DENGKI

$
0
0
Assalamu’alaikum wr.wb.


Setiap manusia secara kodrati memiliki sifat yang bernama iri dan dengki. Perasaan ini dapat timbul sebagai konsekuensi logis dari berbagai interaksi dalam pergaulan, baik di lingkungan rumah, pekerjaan, atau lingkungan informal lainnya. Perasaan ini kerap muncul secara tak sengaja, saat menyaksikan orang lain lebih beruntung dari sisi penghasilan, peruntungan, nasib, jodoh, dan sebagainya. Selama setan masih ada, maka iri dan dengki akan tetap ada.

Sebagai manusia yang beradab, tidak ada yang bisa dilakukan selain belajar untuk menjauhi sifat itu. Caranya?  Beberapa alternatif versi saya di bawah ini dapat dicoba sebagai penyelesaian.  


Berinteraksi di lingkungan pergaulan yang baik

Sangat dianjurkan bagi kita untuk bergaul dengan orang-orang yang baik dan dapat memberikan kesejukan hati. Kita perlu mendapat masukan konstruktif dari mereka yang lebih matang dari sisi agama atau kejiwaan dari kita. Berkumpul di lembaga ta’lim, forum diskusi, bahkan poskamling sekalipun, bisa.


Menciptakan kebanggaan

Ini bisa diwujudkan dalam bentuk karya lain yang dilakukan di rumah. Misalnya berkebun, melukis, bermain musik, atau mungkin merawat anak supaya sehat, pintar dan membanggakan. Jadi saat ada gejolak yang memicu rasa iri, kita akan tetap bisa berbahagia, karena arena kita di luar itu, sukses.

Bagi yang telah bekerja, mungkin saat bisa menciptakan sumber penghasilan alternatif, juga akan memberikan kompensasi rasa nyaman. Dan diharapkan kita tidak lagi akan larut dengan konstelasi yang ada di kantor misalnya. “Halahh, silakan saja kalian pada rebutan, itu bukan rejeki saya, saya bisa koq nyari di tempat lain dengan halal dan memuaskan.”

Bagi yang masih sekolah, dengan menciptakan lingkungan yang penuh kreativitas di luar sekolah, melarutkan diri dalam kegiatan kepemudaan dan sosial, juga akan mampu melenyapkan rasa iri dan dengki.

Namun yang paling utama, tentu kita perlu menyandarkan diri pada doa. Ini dia doa untuk menghindari sifat iri dan dengki:

Rabbanaghfirlanaa wa li ikhwaaninalladziina sabaquunaa bil iimaan. Walaa taj’alu fii quluubinaa ghillal lilladziina aamanuu rabbanaa innaka rauufurrahiim.

Ya Allah Tuhan kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau memberikan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang telah beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang (QS Al Haysr 10)


Wassalamu’alaikum wr.wb.



NILAI SEGENGGAM MUTIARA (I)

$
0
0
(SEMUA ITU BUKAN KARENA SAYA)


Saya baru saja masuk rumah selepas pulang dari bekerja, ketika Arien anak saya tergopoh-gopoh menghampiri saya.

“Pak, Arien ada kejutan!”
“Kejutan apa, Jamilah?”
Saya biasa memanggil anak perempuan saya itu dengan paraban (sebutan) Jamilah.
“Arien lolos ke olympiade matematika internasional di Singapore!”

Sejenak suasana menjadi hening. Saya yang tadi sempat terkesiap kini tertegun. Saya tak bisa berkata-kata. Hampir saja air mata keharuan menetes dari mata saya. Tapi saya pantang memperlihatkan air mata di depan anak-anak dan isteri saya. Saya pun memeluk anak saya itu. Arien pun menangis sesenggukan di pundak saya.

Masya Allah. Alhamdulillaah. Terima kasih Tuhan. Betapa Engkau telah memberikan banyak kemurahan dan rizki kepada saya, termasuk berupa anak-anak titipan-Mu yang tumbuh membanggakan.

Saya lalu melempar pandangan ke isteri saya yang ikut hanyut dalam suasana itu. Saya menerawang. Tentang anak-anak saya. Yang bisa seperti ini karena isteri saya. Wanita hebat yang rela mengorbankan masa depannya demi hidup bersama saya dan membaktikan sepenuhnya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak saya. Waktunya hampir 24 jam tersita untuk anak-anak saya. Anak-anak yang pada gilirannya tidak pernah mengecewakan orang tuanya. Segala puji bagi Allah, Tuhanku.




NILAI SEGENGGAM MUTIARA (II)

$
0
0
(SUSAHNYA BERHADAPAN DENGAN PILIHAN) 


Assalamu'alaikum wr.wb

Pada posting yang lalu diceritakan mengenai anak saya Arien yang lolos seleksi mengikuti olympiade matematika di Singapura. Sesaat setelah fragmen yang saya ceritakan itu, saya terlibat diskusi dengan Arien.

“Pak, Arien bingung, yang ke Malaysia gimana ya?”

Ya, Malaysia. Sebagaimana saya ceritakan dalam posting sebelumnya, anak saya ini juga terpilih mengikuti program pertukaran pelajar ke Malaysia. Lalu belakangan, dia pun lolos untuk mengikuti olympiade matematika yang saya ceritakan itu.

“Kenapa, emang nggak bisa jalan kedua-duanya?” tanya saya.
“Kalo Arien ikutan pertukaran pelajar, berarti Arien nggak ikut karantinanya. Ntar Arien bisa di-diskualifikasi. Nggak jadi deh ikutan olympiadenya.”

Benar juga. Anak saya ini dihadapkan pada pilihan yang mungkin sama beratnya buat dia. Tapi bagi saya, pasti ada satu di setiap pilihan yang jauh lebih baik. Dalam kasus anak saya ini, pada waktu yang berselang tidak begitu lama, Arien harus mengikuti kegiatan pertukaran pelajar ke Malaysia, juga olympiade matematika di Singapore. Pertukaran pelajar dilaksanakan pada pertengahan Juni – pertengahan Juli 2013, sementara olympiade dilaksanakan pada 2-6 Agustus 2013. Tidak bersamaan memang. Tapi selama bulan Juli, Arien harus intensif mengikuti kegiatan pemusatan latihan (karantina). Jika ditinggal, maka dia akan di-remove dari kepesertaannya di olympiade. 

“OK Rien, bapak kasih pertimbangan begini. Kalo pertukaran pelajar, kegiatannya lebih pada menjajal sistem pengajaran di sana, berdiskusi, belajar, dan bermain dengan teman-teman dari Malaysia. Efeknya jelas, Arien dapat pengalaman, dapat banyak teman, dan Arien akan tambah pede. Kalau ikutan olympiade, Arien akan berkompetisi, berlomba dengan lawan-lawan dari berbagai negara, belajar, dan bermain dengan teman-teman dari berbagai negara, tidak hanya satu negara saja. Kalau kemudian ternyata menang, itu akan menjadi credit point buat Arien. Saat masuk SMA nanti mungkin akan bebas tes, dan jika juara bisa dapet penghargaan, kalo beruntung bisa diundang makan malam sama Presiden, kenal sama menteri-menteri, dan yang pasti nggak akan terlupakan seumur hidup Arien. Siapa tau dapat hadiah banyak. Selain itu, karena prestasi di olympiade ini, maka Arien ntar diusulkan lagi buat program pertukaran pelajar di lain waktu, buat gantiin yang sekarang. Nah beda ya antara ikutan pertukaran pelajar sama ikutan olympiade?”    

Arien mendengarkan saya sambil melongo.
“OK Arien udah punya posisi, mantep ikut yang mana?” tanya saya. 
“Yang olympiade,” jawabnya lugas. Sepertinya sudah tidak ada keraguan lagi di benaknya.
“Bagus. Bapak mendukungmu. Mantapkan pilihan Arien, jangan pernah ragu-ragu lagi, soal ini nanti bapak obrolin sama pembimbing dan kepala sekolah Arien. OK?”
“Siip.”

Dan masalah pilihan itu pun sudah mencair, seiring dengan senyum anak saya yang mengembang. Sukses selalu untukmu, buah hatiku.

---------
Bulan Agustus masih lama. Apa saja bisa saja terjadi, termasuk gangguan kesehatan, aral melintang, dan sebagainya. Kami hanyalah makhluk lemah yang tanpa daya dan tanpa kuasa atas segala yang bisa saja terjadi atas kehendak-Nya. Maka, dengan segenap kerendahan hati, saya meminta doa restu dan dukungan dari rekan-rekan semua, agar dalam persiapan menuju acara olympiade ini tidak ada aral dan halangan, serta Arien selalu sehat serta dapat melaksanakan tugas di olympiade tanggal 2-6 Agustus di Singapore, dengan gemilang. Terima kasih. Jazakumullaah.


Wassalamu'alaikum wr.wb



NILAI SEGENGGAM MUTIARA (III)

$
0
0
(SUSAHNYA MENJADI FIGUR TELADAN)




Assalamu'alaikum wr.wb


Orang tua yang menjadi figur panutan bagi anak-anaknya adalah suatu konsekuensi logis. Keharusan. Tapi tidak setiap orang tua mampu melakukannya. Perasaan itu yang kerap menghinggapi benak saya. Saya bukan tipikal orang tua yang mampu konsisten di depan anak-anak.

Menjadi figur yang diteladani anak-anak adalah sebuah perjuangan berat. Saya ada di posisi itu sekarang. Dalam alam tabiat saya, sejatinya ini sangat membebani. Bagaimana tidak, saya ini hanya representasi dari sisa profil yang sempat bersalah pada masanya dan hanya sedikit berubah dari masa itu.

Dalam keseharian pun, saya kerap melakukan kesalahan, yang jika anak-anak tahu, mungkin mereka akan kecewa. Demikian halnya dalam karier sebagai seorang pekerja, saya termasuk sekian dari pekerja yang biasa-biasa saja dengan latar belakang pekerjaan yang tidak bisa dibilang membanggakan, bahkan banyak menggerus uang negara, yang mungkin banyak menimbulkan kekecewaan banyak orang, termasuk ibu saya (maafkan saya untuk semuanya, tapi saya mencoba untuk amanah serta anti suap-korupsi, Insya Allah).

Yang bisa saya andalkan untuk bargaining di depan anak-anak saya adalah sejarah di masa lalu saya. Tepatnya di masa kanak-kanak saya. Saya ingin anak-anak saya bisa seperti masa kecil saya itu. Dan saya memaksakan doktrin itu hingga sekarang.

Kamar anak-anak saya, saya pasangi foto saya - saat saya kecil - yang mungkin bisa menginspirasi mereka. Foto itu, foto saya yang sedang berpose dengan seseorang, yang menjadi figur publik pada masa itu. Dan sejauh ini, alhamdulillah bisa memacu semangat belajar anak-anak saya, mereka ingin seperti di foto itu. Satu pertanyaan sebagai kuis dalam posting kali ini (tidak berlaku untuk beberapa orang, hehe...): siapa figur publik yang berfoto bersama saya itu? (jawaban boleh ngaco) Hadiah seharga sekilo klepon menunggu untuk jawaban pertama yang benar.
  

Wassalamu'alaikum wr.wb


---------

Tulisan ini sekaligus menjawab pertanyaan rekan-rekan, baik melalui blog, email, maupun sms, yang menanyakan apa kiat untuk anak-anak. Saya pastikan bahwa saya hanya berusaha memberikan keteladanan (dengan segala susah payahnya bagi saya), memberikan motivasi (yang kadang saya paksakan), mendampingi mereka dalam setiap kesulitan (meski kerap terasa  keteterannya), dan salah satunya dengan cara yang saya tuliskan di atas.

Terima kasih atas doa dan dukungan rekan-rekan semua untuk anak saya dalam dua posting sebelum ini. Semoga ijabah dan Allah berkenan mengabulkannya. Saya, dengan segenap kekurangan yang ada, memberanikan diri, setelah shalat saya, untuk mendoakan rekan-rekan semua, untuk keselamatan, kesehatan, kedamaian, dan kesuksesan dalam keseharian dan masa depan rekan-rekan semua. Aamiin.


Viewing all 400 articles
Browse latest View live


<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>