Pertama kali Agree melukis - Maret 2011
Assalamu'alaikum wr.wb
Selama ini, anak kami Agreeardi (Agree) dapat dikatakan tidak menguasai dan tidak menyukai kegiatan yang bernama menggambar, mewarnai gambar, dan sejenisnya. Kegiatan itu amat sangat dihindarinya, meski dia selalu ikut mendampingi kakaknya mengikuti lomba-lomba di bidang itu kapanpun dan di manapun. Kalaupun terpaksa, di sekolahnya Agree memaksakan diri untuk selalu memakai pensil warna daripada krayon dalam menggambar. Menurut informasi dari gurunya, Agree sudah tidak dapat lagi diperintah untuk menggambar atau mewarnai menggunakan krayon. Katanya kotor dan bikin repot. Pokoknya buat Agree... pensil warna, titik. Tidak heran, nilai menggambarnya selalu, paling bagus: cukup!
Hingga pada hari Kamis, 3 Maret 2011, gurunya, Ibu Mila tiba-tiba datang ke rumah, dan meminta Agree mengikuti Lomba Mewarnai antar TK/TPA. Sangat mengherankan buat kami orang tuanya yang tahu persis anak ini hanya berminat di satu bidang, sepakbola. Terlebih selama ini, sekolahnya selalu diwakili temannya, Icha, dalam event-event sejenis. Icha telah beberapa kali memenangkan Lomba Mewarnai antar TK. Untuk lomba kali ini pun Icha telah lebih dahulu ditunjuk, dan menurut gurunya masih diperlukan seorang peserta lagi sebagai pendamping Icha.
Alasan gurunya menunjuk Agree sampai sekarang tidak pernah jelas. Kami menduga mungkin karena lokasi rumah Agree yang dekat dari lokasi sekolah serta tempat tinggal sang guru, dan kami orang tuanya mungkin selama ini dianggap kooperatif dalam setiap program di sekolah Agree.
Karena guru yang datang tersebut adalah guru yang disukainya (Bu Mila adalah guru yang mendapat prioritas oleh-oleh dari Agree saat Agree bepergian), maka Agree menjawab “ya” untuk tantangan itu. Dan untuk kami, jangan ditanya, pasti sangat mendukung, bahkan untuk kegiatan yang sebenarnya sangat asing dan aneh buat Agree. Bagi kami, ambil setiap kesempatan yang datang, atau kesempatan tak akan pernah datang kembali.
Dalam persiapan yang hanya tiga hari itu, Agree secara sadar meminta kepada kakak dan ibunya untuk secara intensif mengajarinya. Demikianlah dia menjadi sangat sibuk dengan alat lukis kakaknya. Kelihatan sekali keinginan besarnya untuk memulai sesuatu yang teramat sulit baginya. Terlihat sangat bersusah payah memang. Kasihan melihatnya tiga hari itu. Meski demikian, tiga buah gambar berwarna berhasil dibuatnya. Lumayan. Dengan krayon tentu saja.
Dan puncaknya pada hari Minggu tanggal 6 Maret 2011, saatnya untuk lomba yang ditunggu-tunggu itu. Dia memulai dan menjalaninya dengan baik, meski dengan pendekatan yang agak khas. Berbeda dengan kakaknya yang selalu serius saat berhadapan dengan kertas atau kanvas, sang adik ini tampil dengan segenap karakternya, cengengesan. (Apapun Gree, yang penting mainkan!)
Dan kami seperti mendapat durian medan yang runtuh saat mendengar hasilnya Minggu siang itu: Agree berhasil menjadi Juara I. Dan saat melihat langkahnya yang percaya diri kala menaiki panggung, lalu merengkuh piala itu, hampir serasa tidak percaya. Tak hanya Icha yang dikalahkannya, peserta yang jumlahnya ratusan itu pun dibuat tidak berdaya olehnya. Sangat mengejutkan, tapi itulah yang terjadi. Walaupun dalam pengamatan kami memang lomba berjalan sangat fair, dan hasil goresan krayon Agree adalah yang terbaik secara kasat mata. Alhamdulillah.
Hari Minggu ini berlalu dengan sangat membahagiakan.
Kami menanyakan kepada Agree, apakah sekarang dia menyukai kegiatan barunya ini. Dia menjawab sangat suka dan siap untuk lomba mewarnai di mana saja. Jawaban yang sangat memuaskan kami tentu saja. Entah di depan nanti apapun hasil perjalanan prestasinya, saat ini adalah momentum yang sangat berharga.
Kemudian kami tanyakan pula kenapa dia bisa melakukan itu semua sekarang, dia hanya polos menjawab, “Kan Agree rajin shalat, Allah pasti ngasih buat orang yang taat”. Jawaban dari mulut mungil itu tak hanya terasa menyentak di dada kami. Terlalu dalam kami rasakan, dan sangat-sangat terbaik dari sekian juta pesan filosofis yang pernah kami dengar selama ini. Dari mulut seseorang yang belum lama rasanya menjadi bayi kami.
Kami makin menunduk untuk ungkapannya, juga untuk kuasa-Nya. Ungkapannya yang tidak mengada-ada, serta kuasa-Nya yang terbukti mampu untuk mengubah apapun dalam hitungan seketika.
Dan sekali lagi, Tuhan telah memberi kami mutiara surga yang indah. Kami hanya menunduk, lalu semakin menunduk. Tak bisa berucap selain menengadah. Ya Allah, kami bersyukur. Lindungilah mutiara-mutiara surga yang telah kami miliki ini, Ya Aziiz…