Quantcast
Channel: zachflazz
Viewing all articles
Browse latest Browse all 400

REFLEKSI

$
0
0






Assalamu'alaikum wr.wb





Saat di meja makan usai makan bersama semalam, kepada anak-anak dan istri, saya menceritakan kisah yang telah diceritakan oleh Mas Muro'i pada blognya. Karena terbawa ceritanya, anak saya yang kedua tampak berkaca-kaca, sedangkan anak saya yang pertama agak cuek menanggapinya.

Tidak berpanjang kata, dalam posting kali ini saya akan menyalin kisah yang disampaikan mas Muroi yang sangat menyentuh batin saya, sebagai berikut: 



Sambil menitikkan air mata ia mulai bercerita bahwa di tempatnya ia mengajar ada seorang murid yang hanya tinggal bersama neneknya di sebuah gubuk kecil di kebun milik orang lain, namun karena mempunyai semangat untuk belajar dan menuntut ilmu ia bertekad untuk terus sekolah. Tentunya dengan peralatan seadanya ia berjuang untuk bisa belajar seperti anak-anak pada usianya. Setiap hari pergi ke sekolah tanpa sepatu apalagi tas gendong yang berisi buku tulis dan buku paket pelajaran plus payung yang bisa melindunginya dikala hujan datang. Hanya sebuah buku tulis yang sudah lusuh yang menjadi teman belajarnya tiap hari.


Ketika ada tugas menghafal pelajaran maka si anak akan merobek kertas catatannya kemudian melipat kertas tersebut dan memasukannya ke tempat kantong plastik bekas snack yang berserakan di halaman sekolah bekas jajanan temannya lalu iapun memasukannya ke saku celana, sementara buku yang hanya satu-satunya itu dia masukan di kolong meja untuk pelajaran esok harinya. Ini berlangsung selama musim hujan ini yang tidak bisa di prediksi kapan selesainya, karena kadang cuaca panas dan kadang tiba-tiba hujan. Sang Guru yang kebetulan melihat apa yang diperbuat oleh anak tersebut bertanya "Nak, apa maksudnya kamu melakukan itu?" Si anak menjawab " Pak, kalo saya tidak merobek catatan dan membungkus kertas itu maka catatan pelajarannya akan kebasahan karena hujan, saya tidak punya tas dan juga payung pa, bukupun hanya satu buah, kalo saya bawa pulang sudah pasti akan rusak dan itu berarti saya tidak bisa menghafal pelajaran yang ditugaskan." Kembali sang guru terlihat menyeka air matanya.



Cerita di atas, mengingatkan betapa masih ada saudara-saudara di luar sana yang memerlukan uluran solidaritas dan kasih sayang dari kita. Perlu pula bagi kita untuk bersyukur, berkontemplasi, dan bercermin. Bayangkan cerita di atas menimpa anak kita, saudara kita, adik kita, atau seseorang yang dekat dengan kita. Ingatlah, Tuhan dengan mudahnya membalikkan keadaan. Sekarang saatnya masa keemasan, belum tentu selamanya bertahan. Begitu pun sebaliknya. Maka, berlindung kepada Tuhan untuk selalu melindungi dan meridhai kita selamanya. Wallahu a'lam. 




Tuhan

ingatkan aku selalu setiap ketidakpedulianku
dengan kasih sayang-Mu
(pastiku kian mendekat pada-Mu)
tapi jangan ingatkan aku yang tidak peduli ini
dengan keadilan-Mu
(pasti adzabmu pedih untukku)





PS:
Untuk rekan-rekan KPK dan yang lain, ingatkah bahwa kita akan mewujudkan rencana untuk membentuk rekening amal?





Wassalamu'alaikum wr.wb

Viewing all articles
Browse latest Browse all 400

Trending Articles



<script src="https://jsc.adskeeper.com/r/s/rssing.com.1596347.js" async> </script>