Assalamu'alaikum wr.wb.
Nelson Mandela memang telah tutup usia. Meski demikian, harum namanya masih tetap dirasakan, bahkan sampai di sini yang jaraknya ribuan mil.
Kiprah beliau yang kita dengar dari media massa, telah menumbuhkan rasa hormat di kalangan kita. Tapi di sini saya tidak akan menceritakan tentang kepiawaian beliau dalam memimpin negara, yang meski pernah selama dua puluh tujuh tahun dipenjara oleh pemerintah yang berkuasa, namun tidak pernah mendendam. Juga tidak akan menceritakan tentang beliau yang mampu memenangkan revolusi besar-besaran dengan menggulingkan rejim apartheid di Afrika Selatan, dengan pendekatan kasih sayang tanpa ada balas dendam. Bukan itu.
Saya hanya ingin mengingatkan kita semua tentang yang satu ini.
Bahwa setelah beliau terpilih menjadi presiden melalui pemilu demokratis, beliau hanya memegang tampuk pemerintahan selama satu kali masa jabatan, lima tahun. Dan setelahnya, beliau menolak untuk dipilih kembali, namun memilih sebagai negarawan biasa. Beliau mempersilakan pemimpin lain untuk melanjutkan kepemimpinannya. Beliau menepi dari jabatannya pada saat rakyat masih memerlukannya. Beliau hanya berkata bahwa meski tidak lagi menjabat presiden, beliau akan tetap menjadi bapak bangsa, yang tetap akan fokus mengawal negeri itu. Itu yang kemudian dibuktikannya. Beliau berkiprah dalam kegiatan amal memberantas kemiskinan dan penyakit melalui lembaga Nelson Mandela Foundation.
Tidak banyak figur yang paham akan arti kejayaan dan bagaimana menghayati arti sebuah kejayaan seperti beliau. Apalagi ketika harus memutuskan kapan melepaskan kejayaan yang ada dalam genggamannya.
Tidak pula di sini, di Indonesia.
Saya hanya ingin mengingatkan kita semua tentang yang satu ini.
Bahwa setelah beliau terpilih menjadi presiden melalui pemilu demokratis, beliau hanya memegang tampuk pemerintahan selama satu kali masa jabatan, lima tahun. Dan setelahnya, beliau menolak untuk dipilih kembali, namun memilih sebagai negarawan biasa. Beliau mempersilakan pemimpin lain untuk melanjutkan kepemimpinannya. Beliau menepi dari jabatannya pada saat rakyat masih memerlukannya. Beliau hanya berkata bahwa meski tidak lagi menjabat presiden, beliau akan tetap menjadi bapak bangsa, yang tetap akan fokus mengawal negeri itu. Itu yang kemudian dibuktikannya. Beliau berkiprah dalam kegiatan amal memberantas kemiskinan dan penyakit melalui lembaga Nelson Mandela Foundation.
Tidak banyak figur yang paham akan arti kejayaan dan bagaimana menghayati arti sebuah kejayaan seperti beliau. Apalagi ketika harus memutuskan kapan melepaskan kejayaan yang ada dalam genggamannya.
Tidak pula di sini, di Indonesia.
Kita tentu ingat seorang Pak Harto yang digulingkan paksa oleh demonstran, setelah tiga puluh dua tahun memegang tampuk pemerintahan. Beliau akhirnya menderita bahkan sampai sekarang pada saat beliau sudah tidak ada lagi. Jasa-jasanya pun terlupakan, hapus oleh hujan sehari. Hujan yang terjadi saat penggulingan itu. Andai saja Pak Harto bisa lebih legawa untuk meletakkan tampuk sebelum saat digulingkan, barangkali namanya masih harum, meski tentulah sebagai manusia biasa beliau ada kekurangan.
Di arena yang lain, seorang Chris John, pun akhirnya menemui titik antiklimaks setelah sebelas tahun bertahta dengan sabuk juara dunia tanpa terkalahkan. Chris John mungkin realistis, bahwa ini adalah pencahariannya, dan dia tetap akan berjuang sampai titik keringat penghabisan, sampai dia tidak mampu lagi. Dan kita tetap menghormati sebagai salah satu pahlawan aktual bangsa. Tapi bagi kita yang ada di luar ring, mungkin berfikir, barangkali seandainya Chris John lengser sebelum pertandingan melawan Simpiwe Vetyeka itu, pasti namanya akan tetap harum dan gelar pahlawannya pun akan abadi.
Masih banyak fenomena seperti di atas. Dan kebanyakan dari kita memang tidak pernah belajar dari pengalaman yang ada, dan selalu mengulang kekhilafan demi kekhilafan. Tidak terkecuali, mungkin saya. Na'udzubillaah.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
---------------------------
Di arena tinju juga ada Khaosai Galaxy. Ia mempertahankan gelar juara tinju dunia WBA selama 19 kali dalam waktu 7 tahun (1984-1991). Setelah mengalahkan Armando Castro pada tahun 1991, ia pensiun. Hingga sekarang, namanya harum sebagai pahlawan Thailand.
![]() |